Selamat Datang Di blogku...Selamat Membaca Semoga Bermanfaat
Kupersembahkan Rangkaian Kata-Kata Indah Buat Ibu Saya Tercinta Dirumah, Wanita Yang Paling Saya Cinta Dan Paling Saya Bangga

Selasa, 08 Juli 2014

IKPMD Banyuasin di Yogyakarta Berbagi

IKPMD Banyuasin di Yogyakarta Berbagi


Pada tanggal 5 Juli 2014, pukul 16.00 WIB bertempat di tugu Yogjakarta. Para Mahasiswa yang tergabung dalam Ikatan Pelajar Mahasiswa Daerah Banyuasin yang tinggal di Yogyakarta mencoba memberikan suatu pesan sosial yang bearti bagi sesama. Bulan Ramadhan menjadi mementum yang tepat dalam menyukseskan kegiatan ini. Melalui kegiatan bagi-bagi takjil kepada puluhan tukang becak dan pedagang di sekitar Tugu Jogja, Yogyakarta diharapkan terjalin hubungan yang baik antar masyarakat Banyuasin dengan masyarakat Yogyakarta, dan daerah Banyuasin dapat dikenal di sana.
            Sebagai penanggung jawab kegiatan ini, Arbendi selaku Ketua IKPMD priode 2014-2016 menegaskan bahwa kegiatan bakti sosial diadakan sebagai bentuk aksi nyata masyarakat Banyuasin yang tinggal di Yogyakarta, dan wujud terima kasih serta peduli terhadap sesama. Melalui kegiatan yang sederhana ini, para mahasiswa yang terjalin dalam IKPMD Banyuasin mencoba menyampaikan bahwa peran mahasiswa tidak hanya sekedar menimba ilmu, melainkan juga mampu berkomunikasi, menjalin hubungan baik, berkontribusi terhadap lingkungan sosial khususnya bagi masyarakat Yogyakarta sebelum kembali ke kampung halaman, dalam menyambut libur perkuliahan.
            Kegiatan yang sasaran utamanya ialah para tukang becak dan pedagang di sekitar Tugu Jogja ini, direspon baik oleh warga setempat dan mendapatkan ucapan terima kasih serta apresiasi tinggi oleh masyarkat khususnya para tukang becak dan pedagang di sekitar Tugu Jogja. Melalui kegiatan yang sederhana ini, IKPMD Banyuasin yang bertempat di Asramah Banyuasin Jalan Perintis Kemerdekaan No. 79 Yogyakarta, bertekat akan selalu peka terhadap kondisi lingkungan masyarakat dalam menebar kepedulian antar sesama.









Rabu, 18 Juni 2014

Bahasa Daerah Dialek Pelembang sebagai Identitas Tamadun Daerah Sumatera Selatan

Bahasa Daerah Dialek Pelembang sebagai Identitas Tamadun
Daerah Sumatera Selatan

            Identitas suatu bangsa, tercermin dari dialek bahasa dan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakatnya. Bahasa dan kebudayaan menjadi kunci gerbang, pembentukan tamadun yang berkualitas.  Tamadun dijadikan suatu cerminan dan pembinaan bagi pembentukan etika, moral, budaya, nilai, sosial, dasar agama dan sebagainya. Suatu bangsa yang dikenal sebagai bangsa yang hebat, merupakan bangsa yang dapat menjaga identitas moral melalui tutur bahasa. Sejarah telah mencatat, keagungan tamadun bangsa dilihat dari corak kepribadian dan kehebatan bahasa yang tercermin di dalamnya. Keagungan peradaban pada zaman dahulu, dikarenakan tamadun dan bahasa dijadikan pegangan serta jawaban dalam mengatasi permasalahan kenegaraan.
            Sebuah bahasa, dapat dijadikan simbol pemersatu dalam penyampaian gagasan dan pendapat. Abdullah (2004: 1) dalam makalah seminar bahasa dan sastra dengan judul “Penjanaan Kreativiti Bangsa Melalui Bahasa” memaparkan bahwa, bahasa mempunyai keterkaitan dengan budaya dan sukar untuk dipisahkan dengan budaya suatu bangsa. Dikarenakan bahasa merupakan bagian penting dari suatu kebudayaan. Bahasa dalam hal ini bahasa daerah, dijadikan kesatupaduan dan pegangan dalam menjalankan roda pemerintahan, maupun segala aspek kemasyarakatan, termasuk kebudayaan.
            Diperkirakan terdapat lebih dari ribuan bahasa daerah di Indonesia, yang tersebar dari Sabang sampai Marauke. Data tersebut, belum termasuk bahasa-bahasa yang belum diketahui secara pasti. Dari kesemua bahasa daerah tersebutyang ada, bahasa Palembang menjadi salah satunya. Bahasa Palembang dianggap sebagai salah satu bahasa yang hidup dan berkembang jauh, sejalan dengan sejarah perkembangan bangsa Indonesia. Bahasa Pelembang hidup dan dipakai oleh masyarakat khususnya di Sumatera Selatan untuk dijadikan ungkapan pikiran dan perasaan, yang di dalamnya tercermin pula kebudayaan daerah.
            Pada dasarnya, bahasa daerah yang terdapat di Sumatera Selatan terbagi menjadi beberapa dialek, dengan tingkat pengucapan yang berbeda-beda. Sehingga dalam hal ini, bahasa Pelembang dijadikan alat pemersatu masyarakat di Sumatera Selatan. Masyarakat Sumatera Selatan secara langsung atau tidak, lebih menyukai menggunakan bahasa Palembang untuk berkomunikasi dan mengungkapkan rasa kekeluargaan diantara mereka, terutama dalam berkomunikasi lisan intraetnis yang bersifat informal. Walaupun, tidak diketahui siapa yang menjadikan bahasa Palembang sebagai alat pemersatu suku atau etnis di Sumatera Selatan sebelumnya.
            Kemahiran masyarakat suatu etnis, dalam menggunakan bahasa daerah dapat menunjukan semakin berintegritas kebudayaannya. Melalui bahasa daerah, tercermin berbagaimacam filosofi nilai murni sebagai asas jati diri masyarakat berbudaya. Banyak budaya-budaya yang tercermin dari tradisi, permainan, tuturan, ungkapan yang tercermin melalui bahasa. Sehingga bahasa, dijadikan prioritas utama dalam menjalankan semua unsur-unsur kebudayaan. Keagungan bahasa daerah dalam kehidupan masyarakat, merupakan fenomena bersifat universal yang dimiliki oleh setiap masyarakat, sehingga menjadi cermin keperibadian daerah tersebut.

A.      Bahasa Daerah Dialek Palembang: Mengenal Salah Satu Identitas Daerah
Bahasa memegang peran penting dalam kehidupan bermasyarakat. Segala proses komunikasi, tidak terlepas dari proses berbahasa. Dikatakan bahwa bahasa merupakan suatu sistem bunyi yang disepakati untuk digunakan masyarakat dalam berkomunikasi (Yusmono, 2003: 3; Hasan, 2001: 88; Chaer, 2009: 30). Sehingga dalam bentuk pemahamannya, bahasa berusaha menjelaskan akan pemakaian bahasa yang berbeda pada konteks dan fungsi sosial, dalam usaha menyampaikan pesan sosial tersebut. Bahasa dianggap sebagai suatu alat, yang dapat digunakan oleh sekelompok orang untuk proses berkomunikasi, bekerjasama, maupun mengidentifikasikan diri.
Bahasa daerah, dikenal sebagai salah satu bagian dari kebudayaan yang pertama kali berinteraksi dengan manusia. Berupa bahasa yang pertama kali dicuapkan oleh seorang, untuk berkomunikasi dalam interaksi lokalnya. Selaras dengan itu Arif, dkk (1981: 12) mengatakan bahwa, bahasa Palembang berstatus sebagai bahasa daerah, yang dituturkan oleh masyarakat Palembang atau penduduk Sumatera Selatan itu sendiri. Bahasa Palembang memiliki eksistensi tersendiri, di tengah lingkup masyarakat Indonesia. Bertapa tidak, hampir sebagian besar masyarakat Indonesia mengetahui ciri khas pelafalan bahasa wong kito galo ini. Hal ini terjadi, dikarenakan masyarakat Palembang sangat menghargai kearifan bahasa lokal yang mereka miliki. Sehingga benar-benar mengakar dalam kehidupan masyarakatnya.
Pada umumnya bahasa Palembang terbagi menjadi dua tingkatan. Pertama bahasa Palembang halus (bebaso) dan bahasa Palembang sehari-hari (bahasa pasar). Bahasa Palembang halus biasa dipakai apabila berbicara dengan orang tua, pemuka-pemuka masyarakat, acara-acara adat, dan biasa dipakai oleh anggota kesultanan Palembang Darussalam. Sedangkan, bahasa Palembang pasar biasa dipakai apabila berbicara dengan orang-orang seumur atau yang lebih mudah usianya daripada penutur. Sehingga bahasa Palembang, dalam konteks pelafalannya dapat dijadikan pencermin identitas pemakainnya (http://id.wikipedia.org/wiki/).
Bahasa Palembang, sudah menjadi bagian dalam kehidupan pergaulan sehari-hari masyarakatnya. Dimanapun dan kapanpun masyarakat Palembang menjadikan bahasa daerah, sebagai prioritas utama dalam segala proses kegiatan. Bahkan dikalangan masyarkat bawah, dan pusat-pusat perbelanjaan moderen. Bahasa Palembang dijadikan bahasa utama dalam berinteraksi, yang dilakukan oleh penjual kepada pembeli tanpa memperdulikan latar belakang pembeli, baik etnis asli Palembang atau pendatang. Kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat Palembang inilah, yang menjadikan bahasa Palembang menjadi salah satu bahasa daerah yang mudah dikenal oleh masyarakat Indonesia.
Walaupun persepsi yang berkembang dalam masyarakat menganggap, bahasa Palembang merupakan bagian dari bahasa Padang dengan dialek Minangkabaunya. Namun, sebenarnya persepsi tersebut sangatlah berbeda. Penggunaan bahasa Palembang dalam kebiasaan mendengar dan keinginan untuk memahami, membuat masyarakat pendatang berbondong-bondong mempelajari bahasa Palembang. Fenomena ini menekankan, bahwa suatu kebiasaan yang secara tidak terencana telah diterapkan kepada masyarakat pendatang dalam arti pengenalan salah satu budaya Sumatera Selatan, dalam hal ini ialah bahasa Palembang itu sendiri.
Penggunaan bahasa Palembang, disamping penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional merupakan hal yang lumrah dalam kehidupan bermasyarakat. Penggunaan bahasa Indonesia,  umumnya dipakai pada proses komunikasi agar pesan yang dicoba disampaikan dapat diterima oleh semua etnis yang berbeda disuatu daerah. Sedangkan, masyarakat Palembang menggunakan bahasa daerah sebagai alat komunikasi, agar dapat merasakan keakraban dan rasa kekeluargaan, menimbulkan rasa saling menghormati,  dan saling menghargai, disamping menimbulkan rasa nostalgia diantara penuturnya.

B.       Bahasa Palembang dan Kebudayaan; Sebuah Kemahiran Pemakaian Bahasa
Pemakaian bahasa tercermin dari segala bentuk aktivitas kebudayaan di dalamnya. Banyak kebudayaan yang memanfaatkan bahasa sebagai alat ekspresi, termasuk kebudayaan di Sumatera Selatan. Umumnya pengaplikasian bahasa dalam kebudayaan daerah, tercermin dari bentuk kesenian maupun kegiatan yang membutuhkan interaksi suara, gerak dan bahasa. Serangkaian kesenian Palembang yang melibatkan interaksi bahasa daerah, tercermin dalam upacara-upacara adat seperti adat perkawinan, kesenian dul muluk, sastra rakyat berupa tutur, pantun, peribahasa, teka-teki dan sebagainya. Kesemuannya membutuhkan bantuan bahasa, sebagai pendukung berjalannya suatu kebudayaan. Sebagian contoh pengaplikasian bahasa Palembang, dalam kebudayaan Sumatera Selatan dipaparkan pada bagian-bagian berikut :
1.    upacara pernikahan adat Palembang
Menurut Suryana (2008: 22-28) dalam rangkaian tradisi pernikahan etnis melayu Palembang terdiri dari beberapa tahap, diantaranya : 1) madik yaitu proses menyelidiki calon menantu, meliputi tingkah laku, kecantikan dan keturunannya, 2) menyenggung yaitu penegasan pernyataan keluarga laki-laki kepada pihak keluarga perempuan, 3) meminang yaitu proses lanjutan dari madik dan menyenggung berupa kegiatan lamaran, 4) berasan yaitu bagian dari meminang untuk bermusyawarah tentang kelanjutan selanjutnya, 5) mutus kato atau mutusi rasan yaitu membuat rembukan untuk membuat keputusan tanggal dan hari apa pernikahan akan dilaksanakan.
Keterkaitan bahasa daerah dari tahap-tahap di atas, terlihat pada tahap meminang. Pada tahap ini, terlihat secara nyata penggunaan bahasa Palembang sebagai proses interaksi dan komunikasi. Adapun utusan dalam proses meminang biasanya terdiri dari sekurang-kurangnya lima orang, salah seorang dari mereka bertindak sebagai juru bicara. Selanjutnya terjadilah proses komunikasi antara dua belah pihak, untuk membicarakan tanggal, hari, bulan, waktu kedatangan kembali keluarga mempelai laki-laki untuk mengetahui apakah lamaran yang diajukan diterima atau ditolak. Jika orang tua mempelai perempuan menerima, biasanya pihak laki-laki menanyakan proses adat penikahan siapa yang akan dipakai nantinya.
2.    kesenian dul muluk
Menurut Darisandi mengatakan bahwa kesenian Dul Muluk merupakan sebuah teater rakyat asli dari Sumatera Selatan. Menurut cerita, kesenian ini dibawa langsung oleh Raja Ali Haji dari kepulauan Riau semasa singah di Palembang. Pada dasarnya, Dul Muluk hampir memiliki kemiripan dengan kesenian Lenong di Jakarta. Hanya saja terdapat perbedaan dari sisi pementasannya. Perbedaannya terletak pada pembacaan syair kemudian disertai dengan peragaan oleh beberapa orang dengan diiringi musik tradisional Melayu (http://budaya-indonesia.org).
Pada kesenian ini, terdapat juga pengaplikasian bahasa Palembang. Terlihat pada dialog percakapan, yang dilakonkan oleh para pemain, syair, lagu-lagu Melayu maupun lawakan yang biasa disebut khadam. Interaksi dan pemakaian bahasa Palembang, tidak hanya terjadi antar pemain saja. Akan tetapi, dapat juga melibatkan percakapan dengan para penonton dul muluk. Interaksi tersebut berbentuk kegiatan saling membalas argumen, ataupun sekedar sapaan dan menjawab salam dari para pemain dul muluk.
3.    kesenian sastra lisan Sumatera Selatan
Sastra lisan memiliki ketergantungan besar terhadap penggunaan bahasa Palembang. Sastra lisan dalam kehidupan masyarakat Palembang, dijadikan alat untuk menghibur diri dari segala rutinitas pekerjaan. Disamping itu, sastra lisan digunakan orang tua sebagai media pembelajaran dan penyampaian nilai-nilai agama, sosial maupun moral kepada anak-anaknya. Pada upacara pernikahan, kelahiran, maupun kegiatan lainnya. Sering orang berjaga-jaga pada malam hari, dan pada waktu tersebutlah masyarakat bercerita dengan berbagai macam cerita rakyat, pribahasa, pantun, syair yang sifatnya lucu-lucu dalam bahasa Palembang kepada anak dan cucu mereka.
Berikut salah satu sastra lisan yang memiliki ciri khas bahasa Palembang, diantaranya :
a). pantun bahasa Palembang pasar
Tebudi bentok tebudi raso                     Tertipu bentuk tertipu rasa
Beli cempedak ternyate nangko             Beli cempedak ternyata nangka
Petuah agamo jangan lupo                   Petuah agama jangan lupa
Kalu dak galak nyampak ke Nerako      Jika tidak ingin jatuh ke neraka

b). pribahasa asli Palembang
 Idak mati ulo nyosok akar           Tidak akan mati ular masuk ke bawah akar
   artinya :
dalam kehidupan setiap orang harus bisa menyesuaikan diri, tidak merasa diri lebih hebat dan lebih bisa daripada orang lain. Sehingga manusia harus mampu memanfaatkan segala potensi dengan berusaha, dan diikuti dengan bertawakal pada Allah. Sehingga selamat dan berhasil mencapai tujuan tersebut.

c).  Syair Palembang (Syair Sultan Mahmud Badaruddin)
Sultan Mahmud Badaruddin yang punyo negeri
Detanglah Musoh idak beperi
Dengan takdir Tuhan yang qohari
Pidehlah dio ke negeri laen
Dari Pelembang ke Ternati
Diemlah disano bebuet budi
Kalu iman kurang terti
Rusaklah awak jugo ari
Rusak awak mak itu jugo
Kareno beperang dengen kapir celako
Niscayo menang pulo Sri Paduko

Sultan Mahmud Badaruddin yang punya negeri
Datanglah musuh tidak berperi
Dengan takdir Tuhan yang qohari
Pindahlah ia ke lain negeri
Dari Palembang ke Ternati
Diamlah disana berbuat bakti
Jikalau iman kurang mengerti
Rusaklah badan serta hari
Rusak badan pada itu ketika
Karena berperang dengan kapir celaka
Tetapi jikalau tidak didaulat belaka
Niscaya menang pula Sri Paduka

melalui syair di atas, syair ini mencoba menyampaikan sebuah cerita akan kondisi pada waktu perlawanan Sri Paduka Susuhunan Ratu Mahmud Badaruddin (Sultan Mahmud Badaruddin II) ketika melawan penjajah Belanda, yang dipimpin oleh Letnan Jendral Baron de Kock. Sehingga Sri Paduka beserta keluarga dan para karabatnya keluar Negeri Palembang Darussalam dan diasingkan ke Ternate (http://sultanpalembang.com).

Umumnya, sastra lisan yang diceritakan bukanlah sastra lisan yang tidak memiliki makna. Bahasa daerah yang disampaikan memiliki nilai kemanusiaan tersendiri, sehingga dijadikan pedoman bagi kehidupan. Secara sekilas, penggunaan bahasa daerah pada sastra lisan di atas, mencoba memberikan kegembiraan, peringatan, petuah agama, dan segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan manusia. Sehingga, secara tidak langsung penggunaan bahasa daerah menjadi suatu kesenian yang sangat pengaruh bagi masyarakat Palembang.

C.  Bahasa Palembang Simbol Keagungan Tamadun Daerah; Tercermin Nilai Budi Pekerti dan Aspek Moral di Dalamnya
Keagungan tamadun, menjadi suatu yang beharga dalam kehidupan masyarakat Malayu. Betapa tidak, tamadun menjadi simbol kegemilangan dan perkembangan suatu bangsa. Sebuah tamadun tidak hanya menyangkut aspek meterial, yang dimiliki oleh bangsanya. Akan tetapi, tamadun menjadi bagian dari perkembangan aspek moral dan menunjukan potensi suatu bangsa atau daerah. Tamadun didefinisikan sebagai kehidupan suatu masyarakat beradab, berkemajuan dan berkebudayaan (Al-Attas, 1972: 10; Hasan, 2001: 1128). Sehingga dalam bentuk pemahamannya, tamadun berada pada tingkat lebih tinggi dari segala unsur-unsur keduniawian, dan telah dikatakan telah mencapai tingkat kebudayaan yang luhur dalam masyarakat.
Tamadun dianggap sebagai peradaban atau kebudayaan, yang merunjuk pada sikap dan tingkah laku yang baik (Iskandar. 1970: 1169; Shuid dan Saliza, 2002: 3). Tamadun dianggap sebagai peradaban yang memiliki tingkatan yang lebih tinggi daripada budaya atau tradisi. Keduanya menganggap bahwa tamadun mengarah pada prilaku yang membentuk proses disiplin yang baik, cara hidup, adab tingkah laku dan mengarah pada pemikiran yang dianggap sesuai dengan kepribadian masyarakatnya. Pada hakikatnya, nilai-nilai tingkah laku, budi pekerti tercermin dari penggunaan bahasa daerah.
Terdapat banyak sekali filosofi yang baik, terangkum dalam tutur kata yang disampaikan penggunannya.  Sehingga tamadun dalam bahasa daerah, mencoba menggabungkan aspek keluhuran budi bahasa, dan ketinggian akal pikir manusia dalam mengimbangi kekayaan meterial maupun sosial, yang dimiliki oleh masyarakatnya. Sehingga bahasa daerah dalam hal ini bahasa Palembang, dapat dijadikan sebuah lambang suatu etnis dan identitas tamadun daerah yang sangat menghargai budayanya.
Hampir sama dengan kedudukan bahasa Indonesia, yang mencerminkan kepribadian dan jati diri suatu bangsa. Bahasa Palembang, juga memiliki peran yang sama dalam membentuk kestabilitas antar etnis di Sumatera Selatan, diantranya :
1.    sebagai alat berkomunikasi sosial intraetnis atau antaretnis
Pada proses penggunaan bahasa dalam berkomunikasi, berarti penutur memiliki tujuan agar pada pendengar memperoleh apa yang diinginkan dari proses berkomunikasi. Sehingga penggunaan bahasa, dapat dikatakan kumunikatif karena bersifat umum. Hal ini juga tercermin dalam penggunaan bahasa daerah, yang tidak hanya menganggap bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi. Akan tetapi, bahasa daerah dijadikan alat untuk pengakraban diri dengan orang lain. Sebagai contoh, di provinsi Sumatera Selatan terdapat lebih dari 15 kabupaten dan tiap kabupaten memiliki ciri khas dalam pelafalan bahasanya. Untuk menghadapi hal tersebut, masyarakat Sumatera Selatan akan menggunakan bahasa Palembang sebagai pemersatu dan alat komunikasinya.
2.    bahasa daerah sebagai alat beradaptasi diri
Pada dasarnya, bahasa untuk berinteraksi dengan lingkungan. Seseorang akan menggunakan bahasa tergantung situasi dan kondisi yang dihadapi. Termasuk menggunakan bahasa daerah, ketika bertemu dengan seseorang yang berasal dari daerah yang sama. Melalui penggunaan bahasa yang sama, seseorang akan menganggap orang lain seperti saudaranya sendiri, walaupun belum pernah bertemu sebelumnya. Sebagai contoh, mahasiswa yang tinggal di perantauan ketika bertemu dengan seorang yang berasal dari provinsi yang sama. Akan secara spontan menggunakan bahasa Palembang, untuk berinteraksi. Walaupun, mereka berasal dari etnis suku yang berbeda, dan bahasa yang digunakan tiap etnispun berbeda satu sama lain.
3.    bahasa daerah mewujudkan kreativitas seni dan sastra
Pemakaian bahasa daerah, oleh penutur aslinya secara tidak langsung mengarah pada pembentukan dan terciptanya karya seni dan sastra daerah. Tekadang penggunaan bahasa yang dipakai oleh orang pada zaman dahulu, memiliki itonasi dan syarat akan makna. Sehingga diperlukan perhatian yang mendalam, untuk memahami makna yang terkandung di dalamnya. Sebagai contoh, kebiasaan masyarakat Sumatera Selatan terutama orang tua, selalu menceritakan kisah-kisah, cerita, pribahasa, syair ataupun petuah kepada anak-anak atau cucu-cucu mereka. Kegiatan penceritaan ini, biasanya dilakukan di gerang (tempat istrihat di bawah atau di depan rumah panggung) baik diceritakan secara langsung dengan kesenian tutur, atau menggunakan alat musik gitar. Dari kebiasaan penggunaan bahasa daerah inilah, secara tidak sadar mempengaruhi terciptanya seni dan sastra daerah yang baru, berisi nasihat akan agama, adat, pernikahan, maupun petuah hidup.
Berdasakan pemaparan tersebut, maka dapat diketahui bahwa bahasa Palembang memiliki dan mengambil bagian penting dalam terciptanya tamadun suatu daerah. Nilai-nilai tamadun seperti budi pekerti, nilai sosial, etika, seni dan sebagainya tercermin dalam penggunaan bahasa oleh penuturnya. Keagungan tamadun suatu daerah, merupakan tamadun yang mampu bertahan dan berkembang dengan diikuti aspek budi pekerti dan  aspek moral yang tercermin dalam bahasanya, sehingga rasa kemanusiaan yang saling menghargai budaya akan tercipta dan tidak dapat disanggah oleh kemajuan globalisasi maupun moderenisasi.




Daftar Pustaka
Abdullah, Haji Azmi. 2004. “Pengajaran Kreativiti Bangsa Melalui Bahasa”. Makalah disajikan dalam Seminar Bahasa dan Sastera, pada 6 – 13 Maret 2004 di Menara Dewan Bahasa dan Pustaka Kuala Lumpur.

Al-Attas, Syeh Mohd Naquib. 1972. Islam dalam Sejarab Kebudayaan Malayu. Kuala Lumpur: Universitas Kebangsaan Malaysia.

Arif, dkk. 1981. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Palembang. Jakarta: Pusat Pembinaan Pendidikan dan Kebudayaan.

Chaer, Abdul. 2009. Psikolinguistik: Kajian Teoritik. Jakarta: Rineka Cipta.

Darisandi, Roby. 2014. Pertunjuakan Dul Muluk. Diakses dari http://budaya-indonesia.org/Pertunjukan-Dul-Muluk pada tanggal 31 Mei 2014.

Hasan, Alwi. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia:Cetakan Pertama Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Iskandar, Teuku. 1970. Kamus Dewan. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.

Shuid, Mahdi dan Saliza Saad. 2002. Tamadun Dunia. Petaling Jaya: Pearson Malaysia.

Sultan Palembang. 2014. Syair Sultan Mahmud Bandaruddin. Diakses dari http://sultanpalembang.com/sejarah/syair-sultan/ pada tanggal 03 Juni 2014.

Suryana. 2008. “Upacara Adat Perkawinan Palembang”. Skripsi S1. Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Isalam, Fakultas Adab, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Yuwono, Untung, dkk. 2009. Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wikipedia. 2014. Bahasa Palembang. Diakses dari http://id.wikipedia.org/wiki/Bahasa_Palembang pada tanggal 31 Mei 2014.


Sabtu, 10 Mei 2014

Tugas Analisis Kata-kata Kompleks dalam Kalimat Berita (Analisis Morfologi)


Tugas Analisis Kata-kata Kompleks dalam Kalimat Berita

Oleh Frans Apriliadi/12201241006

 

 

PT Bukit Asam Tbk-Terus Benahi Infrastruktur

 

Salah satu perusahaan tambang yang mempunyai sejarah panjang adalah PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Dari sejarahnya, perusahaan ini dimulai sejak zaman kolonial Belanda pada 1919 dengan menggunakan metode penambangan terbuka (open pit mining) di wilayah operasi pertama, yaitu di Tambang Air Laya. Selanjutnya mulai 1923 beroperasi dengan metode penambangan bawah tanah (underground mining) hingga 1940. Berakhirnya kekuasaan kolonial Belanda membuat perusahaan ini diambil oleh negara.
Berbagai perusahaan itu tidak hanya bergerak di tambang, namun juga bidang lain seperti listrik dan angkutan batubara. Infrastruktur merupakan komponen utama pendukung kelangsungan bisnis pertambangan, terutama pengangkutannya. Karena itu, PTBA bersama mitra kerjanya terus menggenjot pembangunan infrastruktur seperti kereta api. Peningkatan kapasitas angkutan kereta api terealisasi dengan dioperasikannya rangkaian gerbong baru angkutan batu bara sejak April 2013. 

Sumber : Koran Sindo.

 

Kata-kata kompleks :

1.      Perusahaan

2.      Mempunyai

3.      Sejarahnya

4.      Dimulai

5.      Menggunakan

6.      Penambangan

7.      Selanjutnya

8.      Berakhirnya

9.      Kekuasaan

10.  Membuat

11.  Diambil

12.  Berbagai

13.  Bergerak

14.  Angkutan

15.  Merupakan

16.  Pendukung

17.  Kelangsungan

18.  Pengangkutannya

19.  Kerjanya

20.  Menggenjot

21.  Pembangunan

22.  Peningkatan

23.  Terealisasi

24.  Dioperasikannya

25.  Rangkaian

26.  PTBA

27.  Tbk

28.  PT

29.  Batu Bara

30.  Kereta Api

 

 

Proses Morfologi dan Morfofonemik dari kata-kata kompleks di atas :

1.Perusahaan

Proses Morfologi

Proses Morfofonemik

Perusahaan

Terdiri dari :

Per-an+Usaha  (Afiks simulfiks)

 

Sehingga proses yang terbentuk :

Per-an + usaha = Perusahaan

 

Perusahaan

Terdiri dari :

Per-an + usaha

 

Mengalami penambahan fonem “?” pada kata perusahaan, apabila bentuk dasar itu berakhiran dengan vocal /a/ sehingga menjadi Perusaha?an.

 

Bentuk Akar  : Usaha

 

 

2.    Mempunyai

Proses Morfologi

Proses Morfofonemik

Mempunyai

Terdiri dari :

MeN- + Punya (Afiks Prefiks)

Mempunya + -i (Afiks Surfiks)

 

Sehingga proses yang terbentuk :

MeN+punya+i = Mempunyai

Mempunyai

Terdiri dari :

Men+punya+i

 

Dimana, Fonem /N/ pada morfem meN- berubah menjadi fonem /m/. Apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /p.b.f/. Sehingga menjadi Mempunyai.

 

Bentuk Dasar  : Punyai

Bentuk Akar   : Punya

 

 

3.      Sejarahnya

Proses Morfologi

Proses Morfofonemik

Sejarahnya

Terdiri dari :

Sejarah+–nya (Afiks simulfiks)

 

Sehingga proses yang terbentuk :

Seharah+nya = Sejarahnya

Sejarahnya

Terdiri dari :

Sejarah+nya

 

Dimana, tidak terjadi proses penghilanga, penambahan  ataupun perubahan fonem pada morfem Sejarah.

 

Bentuk Akar  : Sejarah

 

 

 

4.      Dimulai

Proses Morfologi

Proses Morfofonemik

Dimulai

Terdiri dari :

Di- + mulai (Afiks Prefiks)

 

Sehingga proses yang terbentuk :

Di+mulai = Dimulai

Dimulai

Terdiri dari :

Di+mulai

 

Dimana, tidak terjadi proses penghilanga, penambahan  ataupun perubahan fonem pada morfem mulai.

 

Bentuk Akar  : Mulai

 

5.      Menggunakan

Proses Morfologi

Proses Morfofonemik

Menggunakan

Terdiri dari :

MeN- + Guna (Afiks Prefiks)

Mengguna + -Kan (Afiks Sufiks)

 

Sehingga proses yang terbentuk :

Men- + Guna + -kan = Menggunakan

Menggunakan

Terdiri dari :

MeN- + Guna + -Kan

 

Dimana, Fonem /N/ pada morfem meN- berubah menjadi fonem /n,/Meng/. Apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /k,g,x,h, dan vocal/. Sehingga menjadi Menggunakan.

 

Bentuk Dasar  : Gunakan

Bentuk Akar   : Guna

 

6.      Penambangan

Proses Morfologi

Proses Morfofonemik

Penambangan

Terdiri dari :

PeN-an + Tambang (Afiks Simulfiks)

 

Sehingga proses yang terbentuk :

PeN-an +Tambang = Penambangan

Penambangan

Terdiri dari :

PeN- +Tambang + -an

 

Dimana, fonem awal “t” pada morfem tambang menghilang dikarenakan bertemu dengan fonem PeN- sehingga menjadi morfem ambang.

 

Fonem-fonem /p,t,s.k/ pada awal morfem hilang akibat pertemuan morfem PeN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem-fonem itu.

 

Bentuk Dasar : Penambang

Bentuk Akar  : Tambang

 

7.      Selanjutnya

Proses Morfologi

Proses Morfofonemik

Selanjutnya

Terdiri dari :

Se-nya + Lanjut (Afiks Simlfiks)

 

Sehinggan proses yang terbentuk :

Se-nya + Lanjut = Selanjutnya

Selanjutnya

Terdiri dari :

Se-nya + lanjut

 

Dimana, tidak terjadi proses penambahan, penghilangan, ataupun perubahan pada morfem Lanjut.

 

Bentuk Akar  : Lanjut

 

8.      Berakhirnya

Proses Morfologi

Proses Morfofonemik

Berakhirnya

Terdiri dari :

Ber- + Akhir (Afiks Prefiks)

Berakhir + -nya (Afiks Simulfiks)

 

Sehingga proses yang terbentuk :

Ber- + akhir + -nya = Berakhirnya

Berakhirnya

Terdiri dari :

Ber- + akhir + -nya

 

Dimana, tidak terjadi proses penambahan, penghilangan ataupun perubahan pada kata Akhir.

 

Bentuk Dasar  : Akhirnya

Bentuk Akar   : Akhir

 

9.      Kekuasaan

Proses Morfologi

Proses Morfofonemik

Kekuasaan

Terdiri dari:

Ke-an + Kuasa (Afiks Simulfiks)

 

Sehingga proses yang terbentuk :

Ke-an + Kuasa = Kekuasaan

Kekuasaan

Terdiri dari :

Ke- + Kuasa +-an

 

Mengalami penambahan fonem “?” pada kata Kuasa, apabila bentuk dasar itu berakhiran dengan vocal /a/ sehingga menjadi Kekuasa?an.

 

Bentuk Dasar  : Kuasaan

Bentuk Akar   : Kuasa

 

 

10.  Membuat

Proses Morfologi

Proses Morfofonemik

Membuat

Terdiri dari :

MeN- + Buat (Afiks Prefiks)

 

Sehingga proses yang terbentuk :

MeN- + Buat =  Membuat

Membuat

Terdiri dari :

MeN- + Buat

 

Dimana, Fonem /N/ pada morfem meN- berubah menjadi fonem /m/. Apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /p.b.f/. Sehingga menjadi Membuat.

 

Bentuk Akar  : Buat

 

 

 

11.  Diambil

Proses Morfologi

Proses Morfofonemik

Diambil

Terdiri dari :

Di- + Ambil (Afiks Prefiks)


sehingga proses yang terbentuk :

Di- +Ambil = Diambil

Diambil

Terdiri dari :

 Di- +Ambil

 

Dimana, tidak terjadi proses penghilangan, penambahan ataupun pengurangan fonem pada morfem Ambil.

 

Bentuk Akar  : Ambil

 

12.  Berbagai

Proses Morfologi

Proses Morfofonemik

Berbagai

Terdiri dari :

Ber- + Bagai (Afiks Prefiks)

 

Sehingga proses yang terbentuk :

Ber- + Bagai = Berbagai

Berbagai

Terdiri dari :

Ber- + Bagai

 

Dimana, tidak terjadi proses penghilangan, penambahan ataupun pengurangan fonem pada morfem Bagai.

 

Bentuk Akar  : Bagai

 

13.  Bergerak

Proses Morfologi

Proses Morfofonemik

Bergerak

Terdiri dari :

Ber- + Gerak (Afiks Prefiks)

 

Sehingga proses yang terbentuk :

Ber- + Gerak=  bergerak

Bergerak

Terdiri dari :

 Ber- + gerak

 

Dimana, tidak terjadi proses penghilangan, penambahan ataupun pengurangan fonem pada morfem gerak.

 

Bentuk Akar  : Gerak

 

14.  Angkutan

Proses Morfologi

Proses Morfofonemik

Angkutan

Terdiri dari :

Angkut + -an (afiks sufiks)

 

Sehingga proses yang terbentuk :

Angkut + -an = angkutan

Angkutan

Terdiri dari :

Angkut + -an

 

Dimana, tidak terjadi proses penghilangan, penambahan ataupun pengurangan fonem pada morfem angkut.

 

Bentuk Akar  : Angkut

 

15.  Merupakan

Proses Morfologi

Proses Morfofonemik

Merupakan

Terdiri dari :

Mer- + Rupa (Afiks Prefiks)

Merupa + -Kan (Afiks Sufiks)

 

Sehingga proses yang terbentuk :

Mer- + Rupa +-Kan = Merupakan

Merupakan

Terdiri dari :

Mer- + Rupa +-kan

 

Dimana, terjadi penghilangan fonem “r” pada fonem Mer- apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /r/. Sehingga menjadi Merupakan.

 

Bentuk Akar  : Rupa

 

16.  Pendukung

Proses Morfologi

Proses Morfofonemik

Pendukung

Terdiri dari :

PeN- + Dukung (Afiks Prefiks)

 

Sehingga proses yang terbentuk :

PeN- + Dukung = Pendukung

Pendukung

Tediri dari :

PeN- + dukung

 

Dimana, tidak terjadi proses penghilangan, penambahan ataupun pengurangan fonem pada morfem Dukung.

 

Bentuk Akar  : Dukung

 

17.  Kelangsungan

Proses Morfologi

Proses Morfofonemik

Kelangsungan

Terdiri dari :

 Ke-an + Langsung (Afiks Simulfiks)

 

Sehingga proses yang terbentuk :

Ke-an + Langsung = Kelangsungan

Kelangsungan

Terdiri dari :

Ke-an + Langsung

 

Dimana, tidak terjadi proses penghilangan, penambahan ataupun pengurangan fonem pada morfem langsung.

 

Bentuk Akar  : Langsung

 

18.  Pengangkutannya

Proses Morfologi

Proses Morfofonemik

Pengangkutan
Terdiri dari :

PeN-an + Angkut (Afiks Simulfiks)

 

Sehingga proses yang terbentuk :

PeN-an + angkut = pengangkutan

Pengangkutan

Terdiri dari :

PeN- + Angkut + an

 

Dimana, Fonem /N/ pada morfem meN- berubah menjadi fonem /n,/Meng/. Apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /k,g,x,h, dan vocal/. Sehingga menjadi Pengangkutan.

 

Bentuk Dasar  : Angkutan

Bentuk Akar   : Angkut

 

19.  Kerjanya

Proses Morfologi

Proses Morfofonemik

Kerjanya

Terdiri dari :

Kerja+ -nya (Afiks Surfiks)

 

Sehingga proses yang terbentuk :

Kerja+ -nya = kerjanya

Kerjanya

Terdiri dari :

Kerja + -nya

 

Dimana, tidak terjadi proses penghilangan, penambahan ataupun pengurangan fonem pada morfem Kerja.

 

Bentuk Akar  : Kerja

 

20.  Menggenjot

Proses Morfologi

Proses Morfofonemik

Menggenjot
Terdiri dari :

 MeN- + Genjot (Afiks Prefiks)


sehingga proses yang terbentuk :

MeN- +Genjot = Menggenjot

Menggenjot

Terjadi dari :

 MeN- +Genjot

 

Dimana, Fonem /N/ pada morfem meN- berubah menjadi fonem /n,/Meng/. Apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /k,g,x,h, dan vocal/. Sehingga menjadi Menggenjot.

 

Bentuk Akar  : Genjot

 

21.  Pembangunan

Proses Morfologi

Proses Morfofonemik

Pembangunan

Terdiri dari :

PeN-an+bangun (Afiks Simulfiks)

 

Sehingga proses yang terbentuk :

PeN-an + bangun =Pembangunan

Pembangunan

Terjadi dari :

PeN- + bangun + -an

 

Dimana, Fonem /N/ pada morfem meN- berubah menjadi fonem /m/. Apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /p.b.f/. sehingga menjadi Pembangunan.

 

Bentuk Dasar  : bangunan

Bentuk Akar   : Bangun

 

22.  Peningkatan

Proses Morfologi

Proses Morfofonemik

Peningkatan

Terdiri dari :

PeN-an + tingkat (Afiks Simulfiks)

 

Sehingga proses yang terbentuk :

PeN-an + tingkat =Peningkatan

Peningkatan

Terjadi dari :

 PeN- + tingkat + -an

 

Dimana, fonem awal “t” pada morfem tingkat menghilang dikarenakan bertemu dengan fonem PeN- sehingga menjadi morfem ingkat.

 

Fonem-fonem /p,t,s.k/ pada awal morfem hilang akibat pertemuan morfem PeN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem-fonem itu.

 

Bentuk Dasar  : Tingkatan

Bentuk Akar   : Tingkat

 

 

23.  Terealisasi

Proses Morfologi

Proses Morfofonemik

Terealisasi

Terdiri dari :

 Ter- + realisasi (Afiks Prefiks)

 

Sehingga proses yang terbentuk :

Ter- + realisasi=terealisasi

Terealisasi

Terdiri dari :

Ter- + realisasi

 

Dimana, fonem awal “t” pada morfem realisasi menghilang dikarenakan bertemu dengan fonem PeN- sehingga menjadi morfem ealisasi.

 

Fonem-fonem /p,t,s.k/ pada awal morfem hilang akibat pertemuan morfem PeN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem-fonem itu.

 

Bentuk Akar  : Realisasi

 

24.  Dioperasikannya

Proses Morfologi

Proses Morfofonemik

Dioperasikannya

Terdiri dari :

Di-+operasi (Afiks Prefiks)

Dioperasi + -kan (Afiks Sufiks)

Dioperasikan + -nya (Afiks Sufiks)

 

Sehingga proses yang terbentuk :

Di+operasi+kan+nya=dioperasikannya

Dioperasikannya

Terdiri dari :

Di+operasi+kan+nya

 

Dimana, tidak terjadi penghilangan, penambahan ataupun pengurangan fonem pada morfem operasi.

 

Bentuk Dasar  : Operasikannya

Bentuk Akar   : Operasi

 

25.  Rangkaian

Proses Morfologi

Proses Morfofonemik

Rangkaian

Terdiri dari :

Rangkai + -an (Afiks Sufiks)

 

Sehingga proses yang terbentuk :

Rangkai + -an=Rangkaian

Rangkaian

Terdiri dari :

Rangkai + -an

 

Mengalamai penambahan fonem “y” pada kata rangkai, apabila bentuk dasar itu berakhiran dengan vocal /i, ay/ sehingga menjadi rangkaiyan.

 

Bentuk Akar  : Rangkai

 

26.  PTBA

Proses Morfologi

Proses Morfofonemik

PTBA

Morfem PTBA mengalami proses arbitrasi penyingkatan (kata yang mengalami singkatan) yaitu singkatan dari morfem  PT Bukit Asam

PTBA

 

 

27.  Tbk

Proses Morfologi

Proses Morfofonemik

Tbk

Morfem PTBA mengalami proses arbitrasi penyingkatan (kata yang mengalami singkatan) yaitu singkatan dari PT Bukit Asam

Tbk

 

28.  PT

Proses Morfologi

Proses Morfofonemik

PT

Morfem PT mengalami proses arbitrasi penyingkatan (kata yang mengalami singkatan) yaitu singkatan dari Perseoraan

PT

 

29.  Batu Bara

Proses Morfologi

Proses Morfofonemik

Batu Bara

Kata Batu Bara yang mengalami pemajemukan

Batu+bara =  batu bara

Batu Bara

 

30.  Kereta Api

Proses Morfologi

Proses Morfofonemik

Kereta Api

Kata Kereta Api mengalami pemajemukan

Kereta+Api = Kereta Api

Kereta Api

 

SILAKAN TINGGALKAN KOMENTAR ANDA DAN HARAP ISI BUKU TAMU DAN TINGGALKAN ALAMAT SITUS ANDA INSYAALLAH AKAN SAYA KUNJUNGI