Keikhlasan
Demi Keluarga Di Rumah
Frans
Apriliadi/12201241006/PBSI K
Suasana
hari itu terasa dingin sekali, seorang Bapak Tua mengayuh sepeda ontel dengan
semua barang-barang kerjanya. Menyusuri jalan tikus di sekitar Karang Malang
sampai Bulaksumur demi mencari uang untuk sesuap nasi. Bapak Tua yang berusia
hampir setengah abad itu berprofesi sebagai tukang sol sepatu keliling, tiada
tanggal merah dikalender harinya, semuanya terlihat sama berwarna hitam pekat
seperti warna sepeda yang selalu dibawanya setiap hari.
Hari
itu adalah hari rabu, hari dimana awanpun tidak menampakan lagi keputihannya,
tetapi digantikan segumpalan awan hitam yang menandakan akan segera turun
hujan. Namun, tak ada sedikitpun kata yang menandakan kekhawatiran, kelelahan
maupun penyesalan menjalani profesi hidup ini, selagi belum turun hujan sepeda
tua itupun terus berjalan mencari pelanggan-pelanggan yang sedang menungggunya.
Selagi semuanya halal apapun dilakukannya. Namun, belum ada satu pelangganpun
yang menggunakan jasanya, Bapak itupun hanya duduk termenung disalah satu kursi
disalah satu kontrakan di blok c no.18 sambil mengelap keringat disekitar leher
dan wajahnya.
Di
kontrakan itulah akhirnya ia menemukan pelanggan pertamanya, seorang pemuda 19
tahun keluar dengan membawa sepasang sepatu yang salah satunya ternga-nga.
Alhamdulillah ucap Bapak Tukang sol sepatu itu sambil menyapa pemuda yang
sepertinya sedang tergesa-gesa menemui bapak tukang sepatu itu takut kehilangan
jejaknya. Sebenarnya, dengan tangan yang sudah puluhan tahun menjahit puluhan
sepatu, tidak perlu membutuhkan waktu lama baginya untuk menyelesaikan sepasang
sepatu itu.
Pada
waktu yang bersamaan, terdengar suara Tukang Sol sepatu yang lain melintas
diantara mereka. Dengan sekali teriak, Bapak Tukang Sepatu itupun memanggil
temannya untuk membantu menyelesaikan jahitan sepatu yang sedang dikerjakannya.
Sehingga sepasang sepatu dikerjakan oleh 2 orang Tukang Sol sepatu keliling.
Setelah rampung, saya tanya berapa upah yang harus saya bayar. Bapak Tua
tersebut hanya menjawab Rp.10.000,-. Harga yang pantas untuk satu pasang
sepatu, kicauku dalam hati. Namun, terkejutnya aku ketika uang Rp.10.000,- yang
terdiri dari dua lembar uang Rp.5.000,-
itu, salah satunya diberikan kepada temannya. Lantas muncul pertanyaan didalam
benak saya mengapa Bapak tersebut memberikan sebagian rezeki yang didapat
kepada temannya.
Sebagai
seorang Tukang Sol sepatu yang dapat dikatakan bukan pemula lagi, bukan suatu
hal yang sulit baginya untuk menyelesaikan sepasang sepatu tersebut, saya tanya
mengapa tidak dikerjakan sendiri Pak? Jawab Bapak Sol dengan sedikit tertawa:
supaya cepat selesai dan lagipula sebentar lagi akan turun hujan lebat, kasihan
keluarga Bapak menunggu di rumah. Sungguh luar biasa Bapak satu ini, walaupun
sederhana hidupnya, ia pun tidak mau membuat keluarganya khawatir
menunggunya hanya demi uang yang mungkin
akan didapatnya dengan cara berbeda. Dan kita sebagai Insanya seharusnya
senantiasa meyakini ada jalan yang lain yang Allah rencanakan kepada kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar