Selamat Datang Di blogku...Selamat Membaca Semoga Bermanfaat
Kupersembahkan Rangkaian Kata-Kata Indah Buat Ibu Saya Tercinta Dirumah, Wanita Yang Paling Saya Cinta Dan Paling Saya Bangga

Senin, 05 Mei 2014

Implementasi Membaca Kritis PBSI FBS UNY




IMPLEMENTASI MEMBACA KRITIS TERHADAP  TRADISI BONDANG DAN TANTANGAN GLOBALISASI: STUDI KASUS DI DESA SILO LAMA, KECAMATAN AIR JOMAN, KABUPATEN ASAHAN, PROVINSI SUMATERA UTARA (Etnovasi Jurnal Antropologi Sosial Budaya Volume 01 No 2 Oktober 2005)

Frans Apriliadi/12201241006/PBSI A.E 2012
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FBS
UNY

Etnovasi : Jurnal Antropologi Sosial Budaya dengan sub judul Tradisi Bondang dan Tantangan Globalisasi: Studi Kasus di Desa Silo Lama, Kecamatan Air Joman Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara, dapat digolongkan ke dalam kelompok buku eksposisi yang secara keseluruhan membahas akan pentingnya sains dan atau dalam arti luas, berisi opini, teori, dan hipotesis serta kurang lebih mengandung sejumlah kegunaan.
Jurnal Etnovasi mencoba menjelaskan tentang suatu tradisi atas keadaaan masyarakat  yang masih mempertahankan sistem pertanian secara tradisional tanpa menggunakan unsur-unsur bahan kimia yang dapat merusak lingkungan pertanian mereka. Walaupun pada zaman saat ini, baik sistem pertanian atau kegiatan masyarakatnya sudah banyak yang beralih ke sistem pertanian modern. Pada dasarnya, tradisi Bondang masyarakat di Desa Silo Lama dapat dijadikan wadah sebagai media untuk mempererat hubungan tradisional, sosial, budaya dan adat yang masih hidup di lingkungan masyarakat Asahan.
Terdapat beberapa point penting di dalam jurnal dengan sub tema ini, diantaranya : (1) Tradisi Bondang dan Tantangan Globalisasi: Studi Kasus di Desa Silo Lama, Kecamatan Air Jiman, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, (2) Gambaran umum, (3) Definisi Bondang, (4) Sistem Sosial, (5) Sistem Teknologi, (6) Tradisi Bondang dan Tantangan Globalisasi, dan (6) Sistem Budaya.
Tradisi Bondang berasal dari aktivitas pertanian masyarakat yang masih bersifat tradisional dari sebuah desa Silo Lama yang terletak di Kecamatan Air Joman, Kabupaten Asahan, Sumatera Utara yang pertama kali diperkenalkan oleh Syekh Silo. Sebuah tradisi tradisional yang muncul pertama kali pada tahun 1925. Tradisi ini memiliki istilah lain yaitu lahan. Pada umumnya tradisi ini terdiri dari dua tahap yaitu tahap pembuka dan penutup yang tujuannya untuk mencapai hasil yang memuaskan terhadap pertanian mereka, serta dapat terhindar dari serangan hama.
Secara sekilas, baik disadari atau tidak, tradisi Bondang mencoba membentuk karakter dan kebiasaan hidup masyarakat yang mengacu pada aturan agama Islam. Selain itu, tradisi Bondang mencoba menciptakan ikatan untuk terbentuknya ikatan etnis antar suku atau agama di sekitar daerah tersebut. Walaupun masyarakat Silo Lama sudah mengenal moderenisasi, meskipun begitu masyarakat Silo Lama masih tetap mempertahankan tradisional mereka dengan penggunaan teknologi yang masih sederhana seperti cangkul, sibit, parang dan sebagainya untuk membuka lahan.
Tradisi Bondang dianggap sebagai wujud dari kearifan lokal masyarakat  dan dianggap sebagai suatu tradisi yang statis, karena merupakan warisan secara turun-menurun. Selain itu tradisi ini, dianggap dapat menceggah rusaknya lingkungan sebagai akibat penggunaan zat kimia tertentu. Walaupun banyak persoalan lain yang dihadapi oleh petani Desa Silo Lama dalam tantangan dunia moderenisasi seperti saat ini. Sehingga dalam menjawab tantangan atau permasalahan tersebut muncullah lembaga yang berupaya menjadikan tradisi ini sebagai wadah pemberdayaan. Secara tidak langsung, tradisi Bondang dapat membentuk sistem budaya dalam masyarakat, disamping membentuk kepribadian masyarakat dan dijadikan sebagai bentuk ekspresi dan menifestasi sehinggal memunculkan tradisi baru atau budaya baru seperti pencak silat sebagai alat untuk membina rasa kekeluargaan atara mereka.
Permasalahan yang dicoba diatasi oleh penulis adalah permasalahan yang menyangkut sistem pertaniaan antara pertanian tradisional dan modern. Sistem pertanian modern dianggap dapat mengancam kerusakan lingkungan dan ekosistem sawah. Selin itu, juga berdampak pada keselarasan sosial masyarakat petani di kawasan tersebut. Menurut Edy Suhartono petani generasi saat ini lebih banyak beralih dan menggunakan sistem pertaniaan yang bersifat modern. Model pertanian modern yang banyak menggunakan pupuk peptisida dan bahan kimia lainnya. Menghadapi hal tersebut, Edy Suhartono memandang perlu adanya pewarisan tradisi Bondang kepada masyarakat modern. Perwarisan tradisi Bondang harus dilakukan sejak dini dari generasi yang satu ke generasi yang lebih muda, dikarenakandukungan dari pemerintah untuksistem bercocok tanam Bonang ini dianggap minim, maka masyarakat sendiri yang harus memulainya. Selain itu belum terlihat adanya dukungan nyata dari pemerintah terhadap aktivitas tradisi Bondang di Desa Silo Lama.
Terdapat beberapa kata kunci yang dijadikan acuan oleh Edy Suhartono di dalam menginterprestasian keadaan sistem pertaniaan Bondang pada zaman modern seperti saat ini, diantaranya : (1) Pertanian,  (2) Modernisasi,dan  (3) Tradisi Bondang. Tradisi Bondang diakui sebagai salah satu solusi dalam masyarakat ketergantungan pertani terhadap bahan-bahan kimia untuk pertanian. Tradisi yang dianggap dapat mengembalikan sistem pertanian modern yang berbahaya dengan unsur-unsurnya kepada tradisi tradisional yang ramah lingkungan. Tradisi Bondang dapat dijadikan simbol perlawanan terhadap globalisasi dunia pertanian yang menggunakan teknologi  dan sistem kapital dalam mengatus sektor pertanian.
Penulis mencoba memberikan beberapa usulan terkait sistem pertanian ini, usulan tersebut berupa : (1) Tradisi Bondang berdasarkan kearifan tradisional, (2) Tradisi Bondang cukup strategis dengan upaya menciptakan keseimbangan lingkungan, (3) salah satu bentuk ekspresi dan manifestasi dari sistem budaya oleh masyarakat Desa Silo Lama. Sehingga menghasilkan tradisi baru yaitu pencak silat, (4) Realitas Bondan sebagai wujud kearifan lokal budaya masyarkat, dan (5) cara bertani dengan selaras alam membuktikan dapat mencegah rusaknya lingkungan.
Edy Suhartono mencoba menyampaikan argumennya, yang mengatakan bahwa sistem pertanian yang berdasarkan kearifan tradisional dianggap sebagai upaya untuk menciptakan sistem pertanian yang dapat menyeimbangkan lingkungan. Pada praktiknya tradisi Bondang ini petani sama sekali tidak menggunakan bahan-bahan kimia untuk meningkatkan sistem pertanian mereka. Segala pengolahan pertanian sampai kegiatan panen masyarakat Desa Silo Lama masih bertahan dengan sistem pertanian yang bersifat tradisional. Hal inilah yang menjadi wujud kearifan lokal masyarakat tersebut.
Aktivitas pertanian tradisional ini dikenal dengan aktivitas Bondang yang dalam bahasa masyarakat Silo Lama dianggap sebagai wujud kepedulian masyarakat dalam rangka pengolahan lingkungan hidup. Sebagai bentuk perpaduan antara budaya lijal dengan ajaran agama Islam. Sehingga dalam lingkup budaya, tradisi Bondang dianggap sebagai ekspresi dan manifestasi dari sistem budaya yang ada. Diimplemntasikan dalam budaya pencak silat untuk membina dan menjaga hubungan kekeluargaan antar lapisan masyarakat.
Maka tidak mengherankan, tradisi Bondang dijadikan sebagai wujud kearifan lokal yang masih bertahan. Walaupun sudah banyak nilai-nilai pergeseran dan moderenisasi yang setiap waktu mengancam kelangsungan budaya lokal ini. Permanfaatan aktivitas bertani secara tradisional dapat membuktikan dan dapat menjadi solusi akan rusaknya lingkungan, dikarenakan penggunaaan bahan kimia dijadikan sebagai suatu jalan untuk memperoleh hal yang cepat tanpa mempertimbangkan dampak yang ditimbulkan.
Menghadapi argumen-argumen tersebut, terdapat beberapa solusi yang diberikan oleh Edy Suhartono di dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada. walaupun permasalahan yang coba diatasi oleh penulis belum menunjukan titik terang, berupa apakah tradisi Bondang akan tetap bertahan seperti dulu ataukah telah mengalami beberapa pergeseran yang cukup disegnifikan? Hal ini belum dapat dibuktikan karena belum dilakukan penelitian secara akurat mengenai tradisi Bondang ini.
Permasalahan yang bisa diatasi oleh Edy Suhartono di dalam tulisannya sudah coba disampaikan, namun belum secara maksimal. Permasalahan tersebut berupa persoalan yang dihadapi oleh petani seperti : (1) kesulitan dalam hal  pemodalan, (2) penentuan harga gabah yang tidak menentukan, (3) kurangnya sarana penyimpangan hasil panen, (4) tumbuh suburnya ijon, dan (5) koperasi yang tidak berjalan. Menghadapi persoalan ini Edy Suhartono telah menyebutkan upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah berupa lembaga yayasan Sintesa yang berupaya menjadikan tradisi Bondang sebgai wdah untuk melakukan pemberdayaan.
Pada awalnya ketika, pembaca membaca jurnal ini secara utuh. Pembaca dapat mengetahui bahwa Edy Suhartono memiliki pengetahuan  lebih daripada sekedar pendapat pribadi. Secara menyeluruh junal ini berisi pengetahuan Edy Suhartono tentang budaya atau kebiasaaan  yang ada di dalam desa tersebut. Hal tersebut dibuktikan dengan penulis lebih banyak menjelaskan tentang gambaran umum tradisi tersebut, mulai dari dampak berkembangnya, orang pertama yang menciptakannya, tradisi yang muncul dalam masyarakat tersebut, sampai proses tradisi dari awal sampai penutup.
Setelah Edy Suhartono menjelaskan atau memaparkan pengetahuan yang diketahuinya. Barulah Edy Suhartono mengeluarkan pendapat pribadi dilengkapi dengan data yang akurat unuk memperkuat argumen dan hal yang telah disampaikan sebelumnya.
Berdasarkan tulisannya menunjukan bahwa Edy Suhartono sama sekali tidak menunjukan bahwa ia kurang memilki beberapa informasi. Setelah membandingkan antara jurnal tersebut dengan makalah yang terdapat di salah satu blog berjudul “ Bertahan di Tengah Pertanian Modern”, menunjukan bahwa Edy Suhartono sama sekali tidak memiliki informasi. Justru pendapat dan informasi yang terdapat di dalam jurnal di janbarkan secara lebih rinci. Persoalan-persoalan yang terdapat di dalam makalah hnay berupa persoalan yang bersifat intinya saja,maka di dalam jurnal diberikan kepemahaman yang lebih mendalam dengna tujuan informasi dan pengetahuan baru dapat diperoleh pembaca.
Setelah membandingkan jurnal dengan makalah “Berbicara di tengah pertanian modern” menunjukan bahwa Edy Suhartono sama sekali tidak mengalami kekurangan informasi terhadap hal yang disampaikannya. Sebaliknya,, data yang disampaikan lebih akurat dibandingkan dengan yang ada di dalam makalah. Penulis di dalam jurnal tidak hanya menyampaikan persoalan yang dihadapo petani tradisional dalam zaman globalisasi, tetapi juga mencoba memberi suatu solusi dan mencoba memberikan kesempatan kepada pembaca untuk berpikir terhadap apa yang selama ini mereka lakukan jika memanfaatkan tradisi Bondang.
Tidak terdapat unsur tidak logis di dalam tulisan Edy Suhartono, penulis telah menyampaikan data secara masuk akal, data yang disampaikan sesuai logika, benar menurut penalaran sehingga mudah untuk dipahami. Informasi yang diambil dicoba disapaikan semua berdasarkan pengetahuan disertai data yang benar terjadi di lapangan. Jika di dalam jurnal orang yang berpengaruh terhadap munculnya tradisi Bondang adalah Syekh Silo pada tahun 1925. Maka di dalam makalah juga dipaparkan hal yang sama, begitupun mengenai tahap atau langkah awal sampai akhir yang disampaikan di dalam jurnal sesuai dengan data yang terdapat di dalam makalah. Hampir secara keselurhan dalam bentuk pendapat dan wawancara.
Secara umum Edy Suhartono mtelah menyampaikan analisis secara lengkap dan detai, tetapi ada beberpa bagian tertentu yang tidak disampaikan oleh penulis. Sehingga kurang menunjukan kelengkapan informasi. Contohnya di dalam makalah penulis menyebutkan bahwa tradisi Bondang dianggap sebagai mendia yang baik untuk menciptakan hubungan antar sesama petani (Hablum Min Annas), petani dengan lingkungan alam tempat mereka bercocok tanam (Hablum Min Al-alam), hubungan antara petani dengan sang pencipta alam, Allah SWT (Hablum MinAllah) yang tidak disampaikan Edy Suhartono di dalam tulisannya.
Selain itu, jika di dalam jurnal Edy Suhartono hanya menyampaikan bahwa tradisi silat muncul sebagai bentuk ekspresi dan manifestasi dari kelompok jaman Al Satariyah, maka di dalam makalah terdapat hal lain dari bentuk ekspresi dan manifestasi yaitu dapat mengetus sistem pertanian  Syekh Silo juga menyebutkan bahwa tradisi Bondang dapat mengatus masalah keamanan, kegiatan gotong royong, pelestarian alam dan lingkungan, masalah pengobatan dan masalah nelayan.
Setelah membaca urnal ini secara keseluruhan. Pada dasarnya terdapat sekali manfaat yang dapat menambah pengetahuan atau informasi saya sebagai pembaca, diantaranya : (1) jurnal ini membuat pembaca dapat berpikir kreatif dan sistematis bahwa jurnal ini dibuat untuk dijadikan pedoman atau pemberi informasi akan kearifan lokal yang ada di suatu wilayah yang perlu dijaga, (2) dapat memperoleh informasi, ide, masalah, hasil penelitian dan kesimpulan berupa solusi terhadap persoalan yang terjadi secara jelas dan akurat, dikarenakan jirnal ini dibuat berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan, dan (3) dapat mengetahui bahwa di ndonesia terdapat beragam budaya tradsional dalam hal pertanian yang bersifat unuk, dan dapat menjaga keseimbangan alam serta lingkungan di bawah tekanan arus globalisasi seperti sekarang ini.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa setelah pembaca membaca jurnal ini, pembaca seolah diajak memasuki dunia pertanian yang dilihat dari dimensi sosial budaya. Sebuah uraian tentang tradisi lokal dalam pengolahan lahan pertanian di Kabupaten Asalahn, kasus yang disajikan memperlihatkan bagaimana sebuah komunitas desa mampu bertahan dengan tradisi mereka di tengah aurs moderenisasi pertanian.

Sumber Referensi Pembanding :
Alfanisa. 2013. Masyarakat Pedesaan dan Perkotaan Aspek Positif dan Negatif. Diakses dari http://www. Prioritasnews.com/2012/12/17/Bertahan-di-Tengah-Pertanian-Modern pada tanggal 18 Maret 2014.




 



 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SILAKAN TINGGALKAN KOMENTAR ANDA DAN HARAP ISI BUKU TAMU DAN TINGGALKAN ALAMAT SITUS ANDA INSYAALLAH AKAN SAYA KUNJUNGI