Ketersediaan dan
kondisi air pada zaman yang semakin berkembang seperti saat ini, menjadi sebuah
momok yang cukup memperhatinkan. Air merupakan suatu elemen penyeimbang yang
sangat penting terhadap kehidupan tidak terkecuali manusia yang
memanfaatkannya. Setiap tahun, pada tanggal 22 maret dan selama 20 tahun pula
masyarakat Indonesia maupun dunia memeringatinya sebagai hari air sedunia yang
dicetuskan kali pertama pada Konferensi Bumi oleh PBB di Rio de Janeiro pada
tahun 1992.
Pada umumnya, pada
tanggal tersebut mengingatkan kita akan pentingnya menjaga kebersihan air.
Selama itu pula, penduduk dunia maupun Indonesia melupakan eksistensi air
sebagai penyeimbang roda kehidupan. Permasalahan yang dihadapi Indonesia
terhadap ketersediaan air, menjadi suatu hal yang tidak ada habisnya. Betapa
tidak, kondisi air Indonesia yang mencapai 694 meter kubik per tahun belum
dimanfaatkan sebagai mana mestinya. Hal ini
menjadi permasalahan yang dapat mengancam kesehatan masayarakat, merusak
kestabilan lingkungan, dan dapat menimbulkan permasalahan sosial bagi negara
berkembang seperti Indonesia.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki cadangan air
terbanyak di dunia, terbukti dengan tercatatnya sekitar 2.530 km kubik per
tahun air yang memenuhi hampir disetiap wilayah Indonesia. Data lain
menyebutkan bahwa negara Indonesia mempunyai potensi untuk memiliki cadangan
air bersih sekitar 15.500 meter kubik per kapita per tahun. Meskipun begitu
Indonesia masih mengalami kelangkaan air bersih terutama di kota-kota besar,
seperti Jakarta maupun kota besar lainnya (Prihatin, 2013:9).
Secara langsung
kekurangan air bersih berdampak pada kesehatan masayarakat. Banyak permasalahan
kesehatan yang dialami masyarakat Indonesia dikarenakan kurangnya ketersediaan air bersih. Berdasarkan penelitian WHO
yang dilansir Tempo (07/11/2011) menyebutkan “penyakit yang timbul akibat
krisis air antara lain kolera, hepatitis, polymearitis, typoid, disentrin
trachoma, scabies, malaria, yellow fever, dan penyakit cacingan”.
Hal ini terjadi dikarenakan cara hidup masyarakat yang jauh dari kata hidup
bersih, didukung lagi dengan letak pemukiman penduduk yang saling berdekatan
dan masyarakat lebih memilih sungai sebagai alternatif akhir untuk membuang
limbah rumah tangga.
Dalam hal ini
permerintah bekerjasama dengan berbagai instansi terkait, mencoba mengatai
permasalahan yang sampai akhir februari 2014 belum menunjukan titik terang.
Upaya yang dilakukan oleh permerintah dalam mengatasi permasalahan ini. Salah
satunya adalah Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan yang didasari
akan penyaluran air minum dan penyehatan lingkungan yang sehat, bukan hanya
tugas satu instansi, namun merupakan tugas segala kesatuan instansi
pemerintahan.
Selain itu, program
yang dijalankan oleh pemerintah merupakan program yang berbasis terhadap
masyarakat, artinya masyarakat yang diberikan kewenangan besar di dalam
pengambilan keputusan, dan yang bertanggung jawab terhadap keputusan yang
diambil tersebut. Sehingga tidak melibatkan legalitas formal dan penerima
manfaat diutamakan pada masyarakat setempat yang sumber investasinya berasal
dari mana saja. Disamping mengembalikan kinerja PDAM sebagai lembaga
profesional dalam mengatasi permaslahan air bersih ini.
Sejalan dengan
perkembangan kondisi perekonomian di setiap perkotaan yang setiap tahun terus
meningkat yang disebabkan oleh pembangunan yang tidak dapat dihentikan
perkembangannya. Hal ini menjadi faktor utama terjadinya krises air bersi,
sumber mata baru, sumber resapan air, aliran air tanah terhenti disebabkan
hampir setiap bagian daerah perkotaan tertutup bangunan beton milik perusahaan
yang tidak menyisahkan 20 persen wilayahnya untuk lingkungan. Selain
mempengaruhi ketersediaan air bersih di wilayah perkotaan, kekurangan air
bersih juga mempengaruhi kestabilitas lingkungan, terutama sistem pertanian masyarkat.
Pertanian menjadi salah
satu penggerak roda perekonomian masyarakat Indonesia. Pertanian menjadi salah
satu sumber pendapatan besar negara. Ditambah, Indonesia merupakan salah satu
negara yang mayoritas masyarakatnya bekerja pada sektor pertanian diikuti
perkebunan dan peternakan di tempat kedua dan ketiga.
Menurut data Direktorat Jenderal
Sumber Daya Air (Ditjen SDA)
seperti yang dilansir Antara News (22/03/2012), dari semua total air baku
secara keseluruhan yang terdapat di Indonesia, tercatat sebanyak 6,4 juta meter
kubik air per tahun digunakan untuk keperluan domestik, diikuti untuk keperluan
pertanian sebanak 141 juta meter kubik pertahun, dan 27,2 juta meter kubik per
tahun untuk kebutuhan industri perusahanan dan lain sebagainya. Sedangkan pulau
Jawa adalah yang paling banyak memanfaatkan air dari saluran irigasi untuk
keperluan persawahan.
Kebutuhan air sebagai
pemasok untuk pertanian yang berasal dari curah hujan, tidaklah mencukupi.
Sehingga dalam hal ini, irigasi menjadi jalan keluarnya. Namun, yang menjadi
permasalahan hampir di setiap negara-negara berkembang, tidak terkecuali
Indonesia. Saluran irigasi yang biasa digunakan oleh warga sudah terkotaminasi
oleh cairan limbah yang di dalamnya terdapat senyawa kimia yang cukup
membahayakan bagi petani maupun tanaman mereka.
Air yang berasal dari
saluran irigasi tersebut, umumnya terkotaminasi oleh limbah pabrik yang tidak melewati penanganan yang benar. Sehingga
secara tidak langsung, limbah cair tersebut merusak unsur-unsur yang terdapat
dalam tanah dan kembali lagi ke sungai, dan hal inilah yang menjadi salah satu
faktor ketersediaan air bersih di Indonesia semakin berkurang setiap tahunnya.
Sebenarnya banyak usaha
yang dapat dilakukan dalam mengatasi permasalahan ini, mulai dari bentuk yang
sederhana sampai yang lebih kompleks. Dalam hal ini semua pihak harus terlibat
mengatasi permasalahan ini. Pencemaran tidak pernah selesai jika hanya satu
lembaga saja yang turun tangan. Oleh karena itu, permasalahan ini akan
menimbulkan titik terang jika semua lembaga turut ambil bagian mengatasi
permasalahan ini.
Penyuluhan limbah
industi, menjadi salah satu cara yang dapat diambil. Mengatasi permasalahan ini
tidak dapat dilakukan secara cepat, semuanya membutuhkan proses yang panjang.
Perusahaan-perusahaan yang tidak bertanggung jawab dianggap menjadi sumber
utama pencemaran lingkungan tersebut, hendaknya diberikan penyuluhan untuk
melakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum limbah cair dibuang ke sungai, disamping
dilakukannya pengawasan yang ketat dari pemerintah. Alasannya karena masih
banyak perusahaan yang membuang limbah yang cukup berbahaya ke sungai tanpa
menghiraukan dampaknya bagi masyarakat atau lingkungan di sekitar aliran air
tempat pembuangan tersebut.
Masalah-masalah yang
dihadapi masyarakat dunia termasuk Indonesia, akan kekurangan air bukanlah
permasalahan yang kecil. Permasalahan ini sudah menjadi permasalah sosial di
dalam kehidupan masyarakat. Alasannya karena air merupakan sumber kehidupan
masyarakat yang tidak hanya dianggap sebagai kebutuhan primer, namun sudah
menjadi kebutuhan bersama. Jika hal ini terus berlanjut secara terus menurus,
dapat diperkirakan 20 tahun ke depan ketersediaan air bersih di Indonesia akan
hilang. Hal ini akan mempengaruhi sistem perekonomian masyarakat Indonesia
maupun dunia.
Dampak yang secara
langsung diterima oleh masyarakat, terutama bagi negara-negara berkembang
ketika terjadi krisis air bersih akan mempengaruhi kondisi sistem perkebunan
dan pertanian masyarakat. Jika kondisi ini terus berlanjut, kegagalan panen
akan terjadi dan imbasnya terjadi kelaparan di berbagai daerah, bahkan
menimbulkan tingginya penderita busung lapar. Hal ini belum diperparah ketika
musim kemarau datang berkepanjangan. Maka tidak mengeherankan, jika ketika
musim kemarau datang masyarakat diberbagai daerah di indonesia seperti Nusa
Tenggara Barat rela antri sampai larut malam hanya untuk mendapatkan 1 liter
air bersih dari PDAM yang tidak setiap hari dapat mereka peroleh.
Mengatasi hal tersebut,
upaya penyelamatan lingkungan bukan hanya sekedar selogan yang setiap tahun
diucapkan. Namun, merupakan suatu inisiatif baik untuk memperbaiki kondisi
lingkungan yang selama ini merusak kondisi air dunia. Sebuah program yang harus
dilakukan secara terus menerus maupun terintegrasi dan bukan sebuah program
yang sifatnya sesaat. Upaya yang dilakukan dengan mengembalikan keseimbangan siklus
air bumi seperti gerakan menanam seribu pohon, pembangunan sumur resapan,
pengembalian daerah aliran sungai (DAS), pemanfaatan teknologi pengolahan air
kotor menjadi air siap pakai merupakan program yang patut diapresiasi dan terus
dilaksanakan, sebagai bentuk tanggung jawab manusia terhadap lingkungan.
Pada dasarnya, krisis
air bersih dikarenakan sistem pengolahan yang berada di luar ketentuan. Masalah
yang selama ini timbul tidak akan selesai dalam waktu dekat, semuanya
membutuhkan proses yang panjang. Untuk mencapai semua itu, dibutuhkan kerjasama
antara semua pihak. Pengelolahan air bersih disetiap daerah bukan hanya tugas
pemerintah pusat, pemerintah daerah, atau tugas perusahaan di sekitar aliran
sungai. Akan tetapi pengelolahan air yang baik adalah tugas masyarakat secara
keseluruhan. Pengelolahan air bersih yang baik dimulai dengan penciptaan
manajeman yang baik antara semua elemen masyarakat tanpa terkecuali.
Daftar Pustaka
Syafputri, Ella. 2012. Kebutuhan air baku Indonesia mencapai 175 juta m3/tahun. Diakses dari http://www.antaranews.com/berita/303193/kebutuhan-air-baku-indonesia-mencapai-175-juta-m3tahun pada tanggal 11 Maret 2012
Yuliastuti, Dian. 2011. 30 Penyakit Ini Akibat Krisis Air Bersih.
Diakses dari http://www.tempo.co/read/news/2011/09/07/060354927/30-Penyakit-Ini--Akibat-Krisis-Air-Bersih
pada tanggal 11 Maret 2012
Prihatin,
Rohani Budi.2013. Problem Air Bersih di Perkotaan. Pusat Pengkajian, Pengolahan
Data dan Informasi (P3DI). Volume V, Nomor 07, April 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar