Hari Bumi, ditetapkan setiap tanggal 22 April merupakan wujud dari kepedulian dan gerakan sosial
manusia terhadap perubahan fisik bumi. Pertumbuhan jumlah penduduk yang terus
meningkat setiap tahun, dianggap menjadi faktor utama terjadinya kerusakan
lingkungan. Manusia yang seyogyanya menjadi sumber terciptanya teknologi,
informasi dan pengetahuan memanfaatkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan
hidup, termasuk merusak lingkungan. Hasilnya, timbullah berbagai macam kerusakan
lingkungan dan bencana yg menjadi permasalahan sosial dalam masyarakat.
Bumi tempat tingggal manusia merupakan salah satu planet
yang terdapat di dalam susunan tata surya. Satu-satunya planet yang memiliki
unsur kehidupan dan layak untuk ditempati. Sebuah planet yang membutuhkan waktu
milyaran tahun dan evolusi yang lama sempai terbentuklah planet yang kita lihat
seperti sekarang ini.
Sebagai satu-satunya planet yang bisa dihuni, diantara
planet-planet di dalam susunan Tata Surya. Diperkirakan jumlah penduduk bumi hampir
mencapai 8 milyar manusia. Di Indonesia, jumlah penduduk hampir mencapai
seperempat jumlah penduduk dunia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik yang
diakses pada tanggal 3 Maret 2014 menyebutkan bahwa jumlah penduduk Indonesia tahun
2010 mencapai 231.641.326 jiwa yang tersebar sebanyak 49,79 persen di perkotaan
dan 50,21 persen di perdesaan.
Jumlah penduduk yang terus meningkat setiap tahun ini,
tidaklah sebanding dengan luas wilayah Indonesia yang berdasarkan data Badan
Statistik PTKPT yang diakses pada tanggal 6 Maret 2014 hanya 1.826.440 km2 berada pada urutan ke 16
di bawah Arab Saudi dan Meksiko. Luas wilayah yang tidak sebanding dengan
jumlah penduduk dapat menyebabkan terjadinya kerusakan lingkungan yang sebagian
besar disebabkan oleh perbuatan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Masalah umum yang sering terjadi adalah permaslahan
sampah. Sampah menjadi masalah kompleks yang dapat merusak siklus bumi. Hal ini
menjadi permasalahan serius di kota-kota besar yang menjadi pusat industri seperti
Jakarta, Bandung, maupun Surabaya. Namun persoalan tidak berhenti pada proses
pembuangan sampah, akan tetapi pada tempat penimbunan sampah yang diperkirakan dapat
mencapai 1.500 ton sampah per hari.
Jumlah sampah tersebut
belumlah termasuk jumlah sampah yang menumpuk di sekitar pintu sungai. Kondisi
ini diperburuk dengan aktifitas masyarakat yang menjadikan sungai sebagai
tempat pembuangan akhir mereka. Hal ini menyebabkan terjadinya penumpukan
sampah dan pendangkalan yang hampir mencapai 3 sampai 5 meter. Kondisi semacam
ini, jika dibiarkan akan menyebabkan aktifitas sungai terganggu. Sumber air
bersih akan berkurang, air sungai berubah warna dan berbau, sampai berpotensi
terjadinya banjir pada musim penguhujan tiba.
Dilain sisi, jumlah
sampah yang tidak terbendung ini jika terus di biarkan akan mengancam kesehatan
masyarakat yang berada di sekitarnya. Jumlah sampah yang sebagian besar terdiri
dari plastik, kaleng dan botol bekas yang menurut penelitian tidak akan hancur
selama 30 tahun jika tidak melewati proses daur ulang, dapat dijadikan tempat
berkembang biaknya nyamuk Aedes
Aegepti dan Aedes
Albopictus yang dampaknya paling serius dirasakan dan sering terjadi di
musim penghujan, disamping penyakit diare dan mutaber.
Permasalahan tidak berhenti
pada sampah saja. Maraknya penebangan liar, pembakaran hutan dan pembakaran
lahan menjadi salah satu fokus perhatian dari manusia. Penebangan hutan secara
legal menjadi permasalahan terbesar yang harus diselesaikan oleh pemerintah.
Betapa tidak, diperkirakan negara Indonesia mengalami kerugian hampir mencapai
5 miliar dolar per tahunnya.
Berdasarkan data
Kementerian Kehutanan diakses pada tanggal 12 Maret 2014 menyebutkan bahwa luas
hutan hujan semakin menurun semenjak tahun 1960an yang semula 82 persen negara
Indonesia ditutupi hutan hujan menurun menjadi 68 persen pada tahun 1982, turun
kembali menjadi 53 persen pada tahun 1995 dan sekarang hanya tersisa 49 persen
saja. Penurunan yang segnifikan ini, jika dibiarkan terus
berlanjut akan menimbulkan kerugian sosial dan hutan akan kehilangan fungsinya
sebagai peresap air hujan dan menahan longsornya tanah. Efeknyapun dirasakan
oleh masyarakat seperti terjadinya banjir, tanah longsor atau kekurangan air bersih.
Bahkan dalam kurun waktu 20
tahun terakhir, sering sekali terjadi pembakaran hutan yang dilakukan oleh para
petani khususnya di daerah sumatera dan kalimantan. Kebakaran hutan dan lahan
baik dilakukan secara sengaja atau tidak, dapat menimbulkan masalah yang cukup
besar terhadap bumi. Di Indonesia, masalah kebakaran hutan dan lahan sudah
menjadi permasalahan serius, bahkan melibatkan antar negara.
Kebiasaan masyarakat membuka
lahan dengan cara membakar, dianggap sebagai salah satu cara yang cepat tanpa
mengeluarkan biaya yang mahal dalam mengolah lahan pertanian baru. Disamping
kemudahan itu, dampak yang ditimbulkan tidaklah sedikit. Mulai dari polusi
udara, jarak pandang yang terbatas, oksigen yang menipis, sampai kanker
paru-paru.
Menurut Lestari (2000:172)
mengatakan dampak yang ditimbulkan dari kebakaran hutan dan lahan yang umumnya
terjadi di beberapa titik di wilayah Indonesia, dapat menyebabkan pencemaran
udara yang dapat membahayakan kehidupan manusia terutama sistem pernafasan, dan
jika dicermati lebih lanjut akibat pencemaran udara lebih berbahaya
dibandingkan dengan pencemaran pada air dan makanan.
Hilangnya hutan akibat dari
pembakaran dan penebangan secara liar, membuat kapasitas oksigen yang
diperlukan semakin menipis. Berkurangnya populasi hutan berpengaruh juga
terhadap perubahan suhu bumi. Tempreratur suhu bumi yang semakin meningkat dari
tahun ke tahun disebabkan oleh meningkatnya gas-gas emisi hasil pembakaran hutan
atau asap pabrik seperti karnondioksida (CO2),
metana (CH4),
dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi
panas yang dihasilkan oleh matahari terperangkap sepenuhnya di atmosfer bumi.
Akibatnya terjadilah
pemanasan global yang berdampak terhadap panasnya suhu bumi yang mempengaruhi
proses mencairnya es di kutub di utara dan selatan bumi. Jika hal ini terus
berlangsung diperkirakan semua dataran rendah yang ada di seluruh dunia akan
tertutupi oleh air, bahkan pulau jawa yang menjadi urat nadi perekonomian
Indonesia akan ikut tenggelam.
Menghadapi kondisi bumi
yang setiap tahun mengalami perubahan. Banyak upaya yang sebenarnya dapat
dilakukan oleh manusia, mulai dari cara sederhana sampai gerakan rakyat semesta.
Upaya tersebut dapat dilakukan dari kehidupan diri sendiri, keluarga sampai
masyarakat. Mulai dari kegiatan pengurangan limbah plastik dan kertas,
mengurangi aktifitas kendaraan bermotor, hemat listrik dan air, memanfaatkan
berbagai macam bahan daur ulang, gerakan menanam satu pohon, maupun mendukung
segala aktifitas pelestarian alam dan menjaganya. Sebuah upaya sederhana yang
setidaknya sedikit mengembalikan wajah bumi kita.
Pemasalahan-permasalahan
yang dialami oleh bumi sekarang sebenarnya bukan lagi permasalahan yang
dikategorikan biasa. Permasalahan ini sudah menjadi permasalahan serius yang
harus segera diatasi oleh manusia. Betapa tidak, jika hal ini terus dibiarkan
begitu saja. Kondisi bumi, lingkungan, sumber daya alam, keindahan yang ada di
dalamnya tidak dapat dinikmati oleh generasi berikutnya. Mereka hanya dapat
membayangkan, padahal seharusnya harus dirasakan.
Sebuah upaya yang sederhana
bisa membalikan dan menimbulkan sedikir perubahan terhadap kondisi bumi di masa
depan. Wujud perubahan itu masih ada tinggal bagaimana manusia memanfaatkan dan
mengaplikasikannya, demi kehidupan esok yang lebih baik.
Daftar Pustaka
Lestari, Sri. 2000. “Dampak dan Antisipasi Kebakaran
Hutan. Jurnal Teknologi Lingkungan”. Volume 1, Nomor 2, Januari.
Badan
Pusat Statistik.2013. Jumlah dan
Distribusi Penduduk. Diakses dari http://sp2010.bps.go.id/ pada tanggal 3
Maret 2014.
Badan
Statistik ptkpt.2014. Luas
Daratan-Perbandingan Jumlah Laki-laki. Diakses dari http://statistik.ptkpt.net/_a.php?_a=area&info1=4 pada tanggal 6
Maret 2014.
Forum
Kementrian Kehutanan. 2013. Perlunya
Pencegahan Penebangan Hutan Secara Liar. Diakses dari http://www.dephut.go.id/forum/index.php/forums/posts/0/52c4a40f3ae1d pada tanggal 21
Maret 2014.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar