HARAPAN
AGUS DI PULAU RUPAT
Frans
Apriliadi/12201241006/PBSI A 2012
Ketika dunia pendidikan
Indonesia mengalami permasalahan baik dalam penyediaan infrastruktur, sistem
maupun penyediaan tenaga pengajar, Agus
Rachmanto rela meninggalkan pekerjaan dan tempat tinggalnya yang nyaman di kota
Jogja untuk tinggal disalah satu tempat yang jauh dari kata moderenisasi. Agus
merupakan salah satu dari 51 orang pengajar muda dalam gerakan Indonesia
Mengajar binaan Bapak Anis Baswedan. Salah satu pengajar muda angkatan pertama
yang yang ditempatkan di Dusun Hutan Samak, Pulau Rupat, Kabupaten Bangkalis,
Kepulauan Riau yang mau mengabdikan dirinya sebagai guru bantu selama satu
tahun untuk memperbaiki kondisi pendidikan Indonesia.
Agus sendiri adalah
Sarjana Sosial lulusan Universitas Gajah Mada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Jurusan Ilmu Administrasi Negara tahun 2008. Agus merupakan penerima
beasiswa dari PPSDMS Nurul Fikri serta PPKB UGM sebagai mahasiswa berprestasi
yang diwujudkan dalam pelatihan. Selain aktif kuliah, Agus juga aktif dalam
kegiatan keagamaan. Agus berada di Pondok Pesantren Al Barokah Yogyakarta pada
tahun 2005 sampai 2006. Agus juga aktif berorganisasi, di antaranya Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia sebagai Kepala Bidang Kajian Strategis dan Kebijakan
Cabang Sleman periode 2004 sampai 2008 dan Ikatan Alumni PPSDMS NF Wilayah
Tengah sebagai bendahara periode 2010 sampai 2011. Dikarenakan keaktifannya
tersebut, Agus banyak sekali mengunjungi daerah-daerah di Indonesia. Beberapa
daerah yang pernah ia kunjungi, antara lain Kabupaten Teluk Bintuni, Papua
Barat dan Pulau Nias untuk penelitian serta Gorontalo untuk Kuliah Kerja Nyata.
Pencapaian yang paling ia banggakan adalah dapat menyelesaikan kuliah tepat
waktu dengan “cum laude”. Bahkan Agus
juga aktif dalam berbagai riset, baik riset yang berupa proyek maupun untuk
dilombakan.
Selama menjadi pengajar
muda, mungkin banyak yang tidak terbesit dalam benak pikiran Agus. Banyak hal
yang mengganggu pikiran tentang kondisi tempat yang akan menjadi fokus
binaannya. Kondisi yang sangat berbeda dengan tempat asalnya Kebumen dan culture pendidikannya selama ini yang
sebagian besar di Yogyakarta. Kondisi masyarakat dan budaya yang tidak dengan
mudah menerima kedatangan orang lain masuk ke wilayah mereka. Bahkan, orang
Kabupaten Bangkalis pun jarang untuk datang ke Pulau Rupat. “Tetapi, saya yakin
maksud saya baik. Move on, maju
terus,” ungkap Agus dalam wawancara Kick
Andy, 2012.
Cukup menyedihkan,
ketika mengawali mengajar di sekolah tersebut. Anak-anak disana belum memahami
apa arti dari pendidikan itu sendiri. Mereka dengan keinginan sendiri datang
sekolah dan pergi tanpa sepengetahuan guru, dan kembali tanpa diduga. Bahkan
yang menjadi sedikit kekahwatiran, sekolah tempat Agus mengajar adalah satu-satunya
sekolah di dusun tersebut tanpa adanya tingkat pra sekolah. Sehingga wajar jika
anak yang menjadi murid disana pada umur 10 sampai 12 tahun baru masuk kelas
satu, dan tidak mengherankan jika lulusan setiap tahun sekolah tersebut tidak
lebih dari 6 orang saja.
Hanya satu harapan Agus
untuk kemajuan masyarakat yang ada di sana. Dikarenakan kebanyakan masyarakat
di Dusun Hutan Samak tersebut tidak mengenyam dunia pendidikan. Akhirnya,
masyarakat disana hanya menjadi objek pemanfaatan masyarakat yang datang dari
perkotaan. Mereka pada umumnya menjual tanah yang mereka miliki dengan harga
yang sangat murah. Sehingga, masyarakat di Dusun tersebut sedang mengalami
kondisi kepemilikan tanah nol. Kebun sekolah kami lumayan luas, untuk ukuran
lapangan sepak bola, bisa lebih. Itu sedang kami kelola. Harapannya proses
pembelajaran bagi anak-anak tidak mengambang-ambang, tetapi benar-benar
menginjak bumi. Kedepannya tanah bisa diolah oleh masyarakat itu sendiri, bukan
dijual kepada para pendatang dengan harga murah” ungkap Agus dalam wawancara Kick Andy, 2012.
Pengalaman menjadi
pengajar muda selama satu tahun, akan menjadi bagian dari sejarah hidup yang
tidak mungkin bisa dilupakan bagi masyarakat di desa terpencil dan anak-anak
didik itu akan selalu menjadi bagian dari diri. Kini Agus sudah menjadi orang
kaya, orang kaya dalam arti memberikan kehadirannya adalah untuk memberi dan
setiap pemberian tidak mengurangi kekayaan. Tebarkan kesabaran, tumbuhkan
pengetahuan dan tanamkan ketangguhan berjuang untu anak-anak di pelosok negeri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar