Selamat Datang Di blogku...Selamat Membaca Semoga Bermanfaat
Kupersembahkan Rangkaian Kata-Kata Indah Buat Ibu Saya Tercinta Dirumah, Wanita Yang Paling Saya Cinta Dan Paling Saya Bangga

Sabtu, 10 Mei 2014

Implementasi Membaca Kritis (Buku Anak-anak Angin)


Kisah Nyata Guru dari Anak-anak Angin
Frans Apriliadi/12201241006/PBSI K 2012

Angin akan berhembus mengikuti arah nasib. Setidaknya itu yang Bayu kira pada awalnya. Nasib membawa Bayu dari rasa kalah bertemu dengan anak-anak angin, anak-anak Sekolah Dasar yang sedang belajar bahwa kebanggaan harus diperjuangkan.Namun bukan Cuma mereka yang belajar. Bayu juga mencoba belajar banyak dari mereka. Mereka belajar bahwa niat baik dan kekerasan hati saja tidak cukup untuk mengubah keadaaan. Belajar bahwa solusi hidup bukanlah kata-kata motivasi, tetapi tindakan nyata, meski kesederhanaan menghentikan tangis salah seorang anak terpintar sekalipun yang frustasi karena tidak bisa menulis huruf “a” atau tidak bisa membaca.
Bayu banyak menghadapi maslah-masalah baru dalam hidup. Bukan hanya anak yang tak bisa membaca dan bandel, tetapi juga keadaan masyarakat serta sistem pendidikan yang memungkinkan celah penyelewengan.
            Beberapa hari sebelumnya Munarsi datang menemui bapak gurunya setelah pulang sekolah. Sore itu ia mengetuk-ngetuk jendela kamar. Ketika Bayu keluar mengecek, ia berlari ke arah pantai. Kupikir ia cuma bercanda saja. Tapi ia melakukan itu sampai tiga kali. Mengetuk jendela dan berlari. Akhirnya kucari anak itu di pantai. Ia bersembunyi di balik pohon kelapa besar dekat rumah, pura-pura main. Raut mukanya tidak secerah biasanya, ia juga berdiri tidak berdiri bersama kakaknya, Safri. Biasanya mereka hampir selalu bersama bermain-main di sekitar pantai.
            Bayu mencoba memulai dengan pembicaraan mengenai topik-topik ringan, sambil kuletakan tanganku di punggungnya. Tubuhnya bau matahari. Kakinya berpasir setelah seharian bermain di pantai. Bayu sungguh penasaran mengapa Munarsi ta menjawab ketika ditanya tentang keluarganya. Bayu mencoba menggali lebih dalam. Setelah dibujuk beberapa kali, Munarsi akhirnya mau bercerita yang ternyata Ayah dan Ibunya sedang bertengkar di rumah. Bayu bingung bagaimana seharusnya menanggapi. Sebisa mungkin, Bayu tidak ingin ikut campur urusan keluarganya. Tetapi, hal ini tidak berlangsung lama, Munarsi mulai ceria dan rajin pergi kesekolah.
            Dalam perjalanan disini kutemukan sebuah cahaya kecil di tengah hamparan pasir pantai penuh sampah di depan rumah. Munarsi telah menjadi salah satu objek pengembanganku setahun ke depan. Bayu sangat mengandalkan anak ini, mungkin 15 atau 20 tahun kedepan, untuk mengabari “Pak Guru, saya sudah lulus doktor! Atau “Pak, saya mendapat beasiswa ke Amerika.” Masih banyak anak-anak yang berpotensi mengubah kehidupan bangsa di dalam benak Bayu. Mereka semua sosok luar biasa yang tidak dianggp oleh pemerintah. Buktinya beberapa diantara mereka berhasil menjuarai berbagai macam lomba di bawah bimbingan Bayu, Bayu yakin mereka adalah mutiara-mutiara terpendam di pedalaman Indonesia.
            Di desa tersebut Bayu mendapati hal baru, yang mengubah persepsinya tentang apa yang dirasa penting dan apa yang dirasa keharusan. Untunglah Bayu diajarkan tentang bagaimana cara menumbuhkan rasa kepedulian itu lewat mereka anak-anak angin, keluarga barunya Pak Adin, Pak Budi, teman seperjuangan yang mengajarkan bahwa pengabdian terhadap pendidikan tidak memperdulikan siapa yang akan menjalankannya tetapi hasil yang akan diberikannya.
            Tidak terasa pejalanannya sudah mencapai akhirnya, Bayu sudah melakukan hal yang terbaik di desa ini. Bayu hanya sedikit menyesalkan satu tahun yang berlalu begitu cepat. Masih banyak yang ingin dikerjakan untuk mengusahakan sekecil apa pun demi pendidikan yang lebih baik. Namun apa daya, semua awal pasti punya akhir sebagaimana setahun yang sudah di ujung pintu.

Tokoh Yang dikagumi dan alasannya :
            Bayu Adi Persada.
            Menurut saya, Bayu Adi Persada merupakan sosok yang berdedikasi karena mau mengabdikan dirinya disalah satu tempat terpencil di sebelah timur Indonesia untuk menjadi seorang relawan dalam memperbaiki kualitas pendidikan Indonesia. Walaupun, Bayu Adi Persada merupakan salah satu lulusan terbaik dan sudah bekerja disalah satu perusahaan  terkemuka. Tetapi, karena hati kecilnya tersentuh ketika mendengar kondisi pendidikan Indonesia selama ini. Ia pun rela melepaskan pekerjaan yang sudah lama dijalankannya hanya untuk mengabdi menjadi seorang guru yang sangat bertolak balakang dari jurusan yang ia ambil semasa kuliah dahulu.
            Selain itu Bayu Adi Persada mencoba mengubah pandangan masyarakat, guru dan siswa tentang metode mengajar yang berbeda. Mengajar bukan sekedar kegiatan memukul atau memarahi siswa tetapi mengajar adalah kegiatan saling memahami antara siswa dan gurunya.

Cara Mengaktualisasikan Karakter tokoh di dalam kehidupan masing-masing :
            Kepedulian terbentuk bukan sekedar rekaman dalam memori. Kepedulian membutuhkan kerja keras dan ketulusan hati, walaupun hanya sekecil peran itu. Urusan kita adalah soal turun tangan dalam memperbaiki pendidikan di Indonesia. Keedulian atas apa yang menjadi gambar pendidikan di suatu daerah terpencil di penjuru tanah air ini. Kepedulian, betapapun banyaknya tantangan, masih banyak pula guru, tokoh, kepala sekolah, dan orang lain yang rela menjadi bagian dalam memperbaiku permasalahan pendidikan kita. Siapa saja mereka, apa saja pekerjaannya dan apapun cita-citanya bahwa mendidik bukan hanya tugas guru, bukan hanya tugas pemerintah, tetapi mendidik adalah tugas semua orang terdidik. Siapa saja berhak menjadi guru, siapa saja berhak menjadi pendidik. Dan semua itu tidak akan terwujud tanpa bantuan dan kontribusi kita secara nyata.


           
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SILAKAN TINGGALKAN KOMENTAR ANDA DAN HARAP ISI BUKU TAMU DAN TINGGALKAN ALAMAT SITUS ANDA INSYAALLAH AKAN SAYA KUNJUNGI