Tugas I:Laporan Pembacaan Buku
Meringkas
Buku-buku SSI
dariPerpustakaanBergilir
Oleh
Frans Apriliadi/12201241006
Laporan ke- 1
Kelompok Balai
Pustaka
Judul Buku :Sari Kesustraan Indonesia 1
Penulis :J.S
Badudu
Penerbit :CV
Pustaka Prima. Bandung
TahunTerbit : Mei 1984
Ringkasan Isi Buku
Buku
ini membahas mengenai persolanan akan nilai kesustraan dan segala
pembagiannya, dimana penulis sendiri mengatakan bahwasannya kesustraan merupakan kata yang berasal dari susastra
yang ditambah imbuhan pe- dan –an. Dimana susastra diuraikan kembali menjadi
su bearti baik dan sastra bearti tulisan. Kata susastra dalam bahasa
indonesia tak hidup pemakaiannyakecuali dalam kata bentukan kesustraan. Untuk
pengertian susastra, dewasa ini dipakai kata sastra saja. kesustraan dalam
bahasa indonesia mengandung pengertian jamak artinya semua hal baik yang
meliputi sastra indonesia.
Secara
garis besar sastra dapat dibagi berdasarkan bentuk dan zaman, sedangkan
berdasarkan bentuknya sastra dibagi atas puisi dan prosa (prosa biasa dan
prosa lirik). Dalam prosa lirik sendiri suatu karya sastra dapat dilihat
keindahannya dari bentuk penulisan dalam bentuk irama dan netrum serta rima.
Menurut zamannya sastra dibagi pula atas beberapa
bagian :
A. Kesustraan
masa lampau atau purba (sebelum datangnya pengaruh india).
B. Kesustraan
masa Hindu/Arab (mulai dengan pengaruh hindu sampai kedatangan islam).
C. Kesustraan
masa baru (Masa Abdullah bin Abdulkadir Munsyi, Masa Balai Pustaka dan pujangga
baru).
D. Kesustraan
masa mutakhir (Dari tahun 1942 hingga sekarang).
Bahasa Indonesia telah berkembang dari bentuk bahasa Melayu kepada
bentuknya sekarang ini.Berdasarkan perubahan
dalam perkembangan bahasa, kesustraan Indonesia dapat dibagi sebagai
berikut :
A. Sastra
Masa Balai Pustaka.
B. Sastra
Masa Angkatan Pujangga Baru.
C. Sastra
Masa Angkatan ’45.
D. Sastra
Masa sesudah Angkatan ’45.
Selain dari pembagian sastra atas puisi dan prosa, maka bentuk
kesustraan pun dapat dibedakan atas :
A. kesustraan
epik (karangan yang melukiskan sesuatu secara objektif) dan
B. Kesustraan
lirik (mengutamakan keharuan rasa)
Ditinjau dari sudut cara mengucapkan pikiran dan cara mencurahkan
perasaan, maka kesustraan dapat dibedakan pula atas beberapa aliran :
A. Aliran
realisme (aliran yang ingin mengemukanan kenyataan, barang yang lahir).
B. Aliran
Ekspresionisme (aliran melukiskan yang tampak, nyata, maka seniman merasakan
gejolak dalam jiwannya).
Ke
dalam aliran ekspresionarisme terdapat juga aliran-aliran diantarannya :
1.
Aliran Naturalisme (ingin melukiskan kedaan
sebenarnya, cenderung kelukisan yang buruk, karena ingin memberikan gambaran
nyata tentang kebenaran).
2.
Aliran Determinisme (cabang aliran
naturalisme, bearti paksaan-nasib).
3.
Aliran Impresionalisme (melahirkan kesan
terhadap sesuatu yang dilihatnnya)
4.
Aliran Romantik (mengutamakan rasa, sebagai
lawan dari realisme)
5.
Aliran Idealisme (aliran romantik yang
didasarkan pada ide pengarang semata-mata).
6.
Aliran Mistisisme (Aliran ini terasa ciptaan
yang bernapaskan rasa ketuhanan).
7.
Aliran surealisme (aliran ini merupakan
lukisan realitasnnya bercampur angan-angan, malah angan-angan amat
mempengaruhi bentuk lukisan).
8.
Aliran Simbolik (lukisan yang mengambil
sesuatu sebagai pelambang).
9.
Aliran Psikologisme (Aliran ini mengutamakan
penguraian jiwa).
|
Komentar
Setelah
membaca buku ini, saya lebih mengerti bagaimana masa perjalanan kesustraan di
Indonesia. Buku ini juga memperjelas akan perkembangan kesustraan melayu
secara lebih rinci termasuk kisah hidup Abdullah bin Abdulkadir Munsyi,
Hamzah Fansuri, Syekh Naruddin Ibn Ali Ar-Raniri, Syamsuddin As-Samatrani dan
pengyair melayu lainnya baik dari segi pengarang, bentuk karya sastranya dan
masa perjalanan pengarang serta hubungan para pengarang itu sendiri. Namun,
dari kelebihan itu semua terdapat beberapa kekurangan diantarannya mengenai
pembagian sastra berdasarkan bentuknya
yang dibagi menjadi puisi dan prosa, pada bagian puisi tidak
dijelaskan apa-apa saja yang perlu diperhatiakan dalam sebuah puisi baik dari
pemilihan bunyi, diksi, bahasa kias, citraan, sarana retorika, tipografi dan
makna. Kemudian juga pada bagian prosa
hanya bagian ritme, irama dan netrum saja yang diperjelas, sedangkan bagian
lainnya tidak dianggap penting.
Kemudian
pada halaman yang memperjelas pengertian kesustraan. Disana diperjelas
pengertian kesustraan menurut beberapa ahli, namun dari semua itu tidak
diperjelas kembali oleh penulis akan arti kesustraan dalam arti menyeluruh
sehingga untuk memahami arti kesustraan itu sendiri terasa sulit secara garis
besar.
Dari segi penulisan sendiri, nomor yang menunjukan
bagian dari suatu sumber tidak ditampilkan.
Misalnya
:
A. Ekspresionisme,
Di dalam aliran ini mencangkup
lagi aliran-alairan lain seperti :
1.
Romantik
2.
Idealisme, dll
Namun,
dalam buku ini tidak ditulis demikian. Namun seperti berikut :
A.
Ekspresionalisme,
B.
Romantik,
C.
Idealisme,
(Hal
ini apabila tidak dibaca secara teliti akan membingungkan pembaca itu sendiri).
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar